Bujang Beji bersiap menjalankan rencana jahatnya. Untuk menutup hulu Sungai Simpang Melawi ia akan menggunakan puncak Bukit Batu yang terdapat di daerah Nanga Silat. Dengan mengerahkan ajian saktinya, ia berhasil memotong puncak Bukit Batu. Bujang Beji lalu mencari tujuh lembar daun ilalang. Ia meletakkan potongan puncak Bukit Batu di atas tujuh lembar dan ilalang, kemudian membawanya menuju hulu Sungai Simpang Melawi.
Ketika Bujang Beji membawa potongan puncak Bukit Batu, ia mendengar suara tawa gadis-gadis. Suara itu berasal dari sebelah atas. Bujang Beji mendongak. Ia melihat Dewi-Dewi dari Negeri Kahyangan. Mereka itulah yang mentertawakannya.
"Apa yang kalian tertawakan?" seru Bujang Beji.
Para Dewi tidak menjawab pertanyaan Bujang Beji. Mereka tetap saja tertawa melihat kelakuan Bujang Beji.
Bujang Beji jengkel. Ia terus menatap ke arah langit sambil terus berjalan. Ketika ia tiba di persimpangan antara Sungai Simpang Kapuas dan Sungai Simpang Melawi ia menginjak duri beracun. Ia mengaduh kesaktian dan kemudian melompat. Karena gerakan tiba-tiba yang dilakukannya, tujuh lembar daun ilalang yang dipegangnya menjadi putus. Akibatnya, potongan puncak Bukit Batu yang dibawanya terlepas. Potongan puncak Bukti Batu itu jatuh menimpa aliran sungai yang disebut jetak.
Tak terkirakan Bujang Beji pada para Dewi Kahyangan. Gara-gara tawa mereka membuat rencananya tidak terwujud. Sambil tetap mendongak, ia mengeluarkan ancamannya, "Ingat!" serunya. 'Aku tidak akan membiarkan perlakuan kalian ini padaku! Aku akan membalas tindakan kalian!"
Bujang Beji mendekati salah satu bukit di dekatnya. Dihentakkannya kakinya yang tertusuk duri beracun pada bukit itu. Bujang Beji bertekad terus mewujudkan rencananya. Ia melihat potongan puncak Bukit Batu yang terhujam di jetak. Ia bermaksud mencongkelnya. Bergegas ia mengangkat sebuah bukit memanjang dan digunakannya untuk mencongkel. Sayang, potongan puncak bukit itu telah terhujam kuat- kuat. Meski Bujang Beji telah mengerahkan segenap kekuatan dan kesaktiannya, potongan puncak bukit itu tetap berada di tempatnya. Usaha Bujang Beji tidak membuahkan hasil. Bujang Beji tidak serta merta menyerah. Ia kembali mencongkel potongan bukit yang terhujam dengan menggunakan bukit memanjang. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya. Akibatnya, bukit memanjang yang digunakan Bujang Beji patah.
Bujang Beji sangat marah. Menurutnya, semua itu karena kelakuan para Dewi hingga rencananya gagal. Ia harus membalas dendam pada Dewi-Dewi Kahyangan itu. Ia akan menuju Kahyangan dan menumpahkan kemarahannya. Untuk sampai ke Kahyangan, ia akan memanjat pohon raksasa yang dinamakan Kumpang mambu. Pohon itu sangat tinggi menjulang, pucuknya tak terlihat dari tanah. Bujang Beji yakin, ia akan dapat tiba di Kahyangan setelah melewati pucuk pohon Kumpang mambu.
Sebelum menuju Kahyangan, Bujang Beji berniat mengadakan ritual adat. Ia akan memberi sesaji kepada para roh halus. Ia berharap para roh halus tidak mengganggu atau menggagalkan rencananya. Ia juga memberi sesaji kepada seluruh hewan di sekitarnya. Seperti halnya kepada para roh halus, ia berharap hewan-hewan juga tidak mengganggu usahanya.
Berbagai hewan dikumpulkan Bujang Beji dan diberinya sesaji. Meski telah berusaha memberikan sesaji kepada semua hewan, terdapat dua hewan yang terluput. Keduanya adalah kelompok hewan rayap dan beruang.
Rayap-rayap dan para beruang bertemu di suatu tempat.