Mohon tunggu...
Dewi
Dewi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[LOMBAPK] Keragaman dan Toleransi di Kos Kaum Intelek Dodol

12 Januari 2017   17:57 Diperbarui: 12 Januari 2017   18:11 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beli sarapan dibungkus, kami makan di kos saja. Teman sekamarnya nyamperin. Ida dari tadi tidak keluar kamar, mungkin dia lagi sedih. Ini kan pertama kali dia ngekos, ngerayain hari raya sendirian tanpa keluarga. Kami ke kamarnya lagi, ngajak sarapan bareng dan tidak lupa mengucapkan, “ga usah sedih, kita rayain sama sama”. Ida hanya senyum dan bilang dia tidak apa-apa.

Siangnya, Ida juga tak keluar kamar. Kembali kami nyamperin dan ngajak makan. Jawabannya sama. Senyum dan belum lapar.

Sore jam 6 lewat, dia sudah mandi, bahkan membawa kue ke ruang tipi. Sambil membagikan kuenya, Ida bilang, “Saat Nyepi itu, sejenak meninggalkan keduniawian. Digunakan untuk mengisi rohani seperti berdoa, semedi dan puasa. Saya puasa dari jam 6 sore kemarin hingga jam 6 hari ini. 24 jam. Namanya juga Nyepi, yah SEPI”.

Kami mendekat, mengulurkan tangan meminta maaf. Betapa bodohnya kami, kami kira semua hari besar itu dirayakan semarak, makan besar, baju baru seperti pesta. Saya membayangkan alangkah susahnya dia puasa 24 jam setelah kami mengajaknya makan berkali-kali.

Warning Call dari Pak RT

Namanya cewek ngumpul banyak, pasti suaranya rame. Berisik. Belum lagi kalau main kartu coret-coretan muka, suaranya bisa kedengaran satu kelurahan. Kriiiing. Telepon berdering. 2 Menit kemudian ibu kos naik. 

"Anak-anak, sudah malam! Jangan ribut!, Pak RT barusan telepon, tetangga terganggu"

Seperti koor kami menjawab, "Iya Bu"

Tidak ada yang perlu diperdebatkan. Diingatkan sekali cukup. Langsung bubar saat itu juga.

Dari SD kita sudah belajar tentang suku, budaya, kesenian daerah,  agama, kitab suci, pemuka agama, dan hari besar. Hanya hafalan. Bersentuhan langsung dengan perbedaan itu membuat kita mengerti bahwa toleransi bukan untuk diucapkan. Juga bukan untuk di hapalkan, tetapi diterapkan.

Inti dari semuanya itu, Perlakukanlah orang lain seperti bagaimana anda ingin diperlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun