“Malka…” seruku sebelum ia berjalan ke arah pintu yang akan memisahkan kami. “Tempat yang sama, waktu yang sama, tahun depan?”
Ia mengangguk. Ia mulai berjalan.
“Malka!” panggilku lagi.
Ia berhenti. Ia menoleh.
“Apa kamu mencintaiku?”
Ia diam sebentar. Ia tersenyum. Ia mengangguk.
Itu sudah cukup. Aku tersenyum. Kulambaikan tangan. Kami akan bertemu lagi di sini tahun depan.
Pelayan tadi datang karena melihatku mengacungkan tangan. “Ada yang bisa saya bantu, Mbak?”
“Tolong bill-nya.”
Ia menyerahkan tagihan untuk dua piring medium steak dan dua gelas sparkling water dengan kening terheran-heran. “Kekasih Mbak belum datang, kan?” ia menunjuk kursi dan piring berisi steak utuh di depanku.
“Ia baru saja pulang,” kataku.