Mohon tunggu...
Langit Amaravati
Langit Amaravati Mohon Tunggu... lainnya -

An author\r\nhttp://langit-amaravati.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malka

19 Februari 2012   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kau membenciku?” pertanyaan itu terlontar begitu saja, dua kata yang aku yakin akan mendulang sedikit jawaban, tapi akan berakar ke pertanyaan  lain yang tak akan habis.

Ia menggeleng.  Lebih buruk dari pradugaku ternyata.

“Kau mencintaiku?” ini pertanyaan kartu as, seharusnya dikeluarkan nanti sebagai jurus pamungkas.

Ia diam.  Matanya terpejam sebentar.  Mulutnya bergeletar.  Tapi tak ada satu pun suara yang keluar.

Sial, sungguh sialan!  Bahkan kartu as yang kulemparkan sebagai umpan tak ia makan.  “Aku ingin kita putus,” kutusuk steak setengah matang di depanku dengan penuh dendam dan amarah yang mulai menjalar.

Ia terkesiap.  Wajahnya mendongak dari memandangi sendok dan garpu yang ia pegang.

“Kamu dengar?  Aku ingin kita putus!” desisku.  Kumajukan tubuh, menghimpit meja, wajahku mendekat ke wajahnya.

Ia menggeleng, pelan sekali seoalah-olah kepalanya akan menggelinding ke lantai jika ia bergerak terlalu banyak.

Aku semakin kesal.  Ingin kutancapkan garpu di tanganku ke matanya yang bagai pendar.  Atau kurobek mulutnya agar tak hanya terbuka dan terkatup sedemikian rupa seakan mengejekku yang mulai tak sabar.

“Bisa nggak sih kamu ngomong?  Bukannya diam saja dari tadi.  Kamu mau aku gila?” suaraku naik satu oktaf.

“Maaf, Mbak.  Ada yang ingin Mbak pesan lagi?” seorang pelayan dengan seragam batik berwarna merah bata tergopoh menghampiri meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun