Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Memanfaatkan bagi Orang yang Kaya Pikiran dan Hati

3 Desember 2024   11:34 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna memanfaatkan adalah menjadikan ada manfaatnya (gunanya dan sebagainya). Makna tersebut tentu maksudnya kepada hal yang positif, bukan negatif.

Namun, di tengah masyarakat kita, makna memenfaatkan, kini cenderung diterapkan kepada hal-hal yang tidak benar dan tidak baik. Bahkan di bidang politik, elite politik dan pemimpin negeri ini yang seharusnya menjadi negarawan dan teladan, meski sudah lengser, malah terus ikut cawe-cawe memanfaatkan rakyat jelata yang masih miskin, menderita, dan belum berpendidikan, sebagai lahan mendulang suara untuk kepentingan "mereka" (dinasti, oligarki, cukong) dengan mengatasnamakan amanah untuk rakyat.

Dalam wadah-wadah sosial dan kekeluargaan, baik orang yang kaya harta mau pun miskin harta, tetapi miskin pikiran dan hati, pun memanfaatkan wadah-wadah sosial dan kekeluargaan, untuk kepentingan mereka.

Berbeda dengan orang-orang yang, meski tidak kaya harta, tetapi kaya pikiran dan hati, justru memanfaatkan segala sesuatu untuk kepentingan masyarakat. Tidak perlu ikut-ikutan para elite partai "bertopeng", membuat wadah sosial atau kekeluargaan, bersembunyi di balik kata-kata Yayasan atau sejenisnya. Sebab, yang seperti itu banyak diselewengkan, sekadar topeng, untuk mencari keuntungan pribadi.

Kebaikan yang dimanfaatkan

Terkait praktik memanfaatkan dalam makna negatif, maka
kebaikan yang menjadi salah satu sifat yang paling berharga dalam diri manusia, menjadi lahan bagi orang-orang yang miskin pikiran dan hati memanfaatkan kebaikan tersebut untuk keuntungan pribadi mereka.

Menghadapi manusia-manusia yang dapat dikategorikan licik, karena hanya memanfaatkan kebaikan orang lain, maka orang-orang yang kaya pikiran dan hati, pasti memiliki strategi yang efektif untuk memastikan bahwa kebaikannya tidak disalahgunakan, sambil tetap menjaga hubungan yang sehat dan seimbang dengan orang yang sekadar memanfaatkan.

Atau bila batas memanfaatkannya sudah kelewat batas, memutuskan hubungan atau minimal mendelet orang-orang yang hanya memanfaatkan, adalah keputusan yang bijak. Demi wadah sosial atau kekeluargaan tetap "hidup".

Sayangnya, menghadapi manusia licik yang hanya memanfaatkan kondisi miskin, menderita, dan bodoh, akan sulit dapat dihindari oleh rakyat jelata +62, entah sampai berapa purnama lagi.

Asertif

Menghadapi orang-orang yang hanya memanfaatkan, diperlukan sikap asertif dan kemampuan menentukan batasan untuk melindungi diri dari eksploitasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asertif berarti tegas. Asertif juga merupakan sikap dan keterampilan dalam berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain.

Pasalnya, orang-orang seperti itu, sebab licik, akan sangat pandai menyembunyikan niat sebenarnya, sehingga kita tidak menyadari bahwa kita sedang dimanfaatkan.

Orang-orang yang sekadar memanfaatkan, contoh terbaru, adanya pemberian bantuan sosial (bansos) kepada rakyat miskin dengan mengatasnamakan bantuan itu dari dirinya pibadi. Tujuannya apa? Tidak sulit "dibaca arahnya".

Dalam wadah-wadah sosial atau kekeluargaan, ada yang memanfaatkan dengan iming-iming beasiswa. Dll.

Yang pasti, mendeteksi orang-orang licik yang hanya bertujuan memanfaatkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi, sangatlah MUDAH.

Bagi orang-orang yang pandai memanfaatkan segala sesuatu berlandaskan pikiran yang cerdas dan hati yang bersih, ketulusan, keihlasan, karena niatnya membantu masyarakat melalui wadah-wadah sosial atau kekeluargaan, demi kemaslahatan, bukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, bersikap asertiflah kepada manusia-manusia yang "memanfaatkan".

Semoga saya, kita, terhindar menjadi golongan manusia yang hanya pandai memanfaatkan di jalan yang tidak benar dan tidak baik. Karena hanya mencari untung sendiri. Aamiin. YRA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun