Lahan basah, RMMBP
Kelompok pecinta kekuasaan ini, selalu menghalalkan segala cara demi kekuasaan dan tahtanya direbut, sebab selama ini, "mereka" tahu bahwa "wilayah" ini adalah "lahan basah".
"Lahan basah" ini harus dapat mereka rebut dan kuasai demi kesejahteraan dan kemakmuran "mereka" sediri, dengan mengatasnamakan untuk kepentingan rakyat. Tetapi "mereka" pun tahu, rakyat yang masih miskin-menderita-belum berpendidikan (RMMBP), adalah kran suara dan basis kemenangan. Lalu "diapakan RMMBP ini?
Cukup dengan "sembako" dari uang rakyat, tapi atas nama mereka. Cukup dengan "selembar rupiah sekadarnya". Pun dari uang rakyat. Sudah membuat RMMBP, takluk, bersyukur, berterima kasih, utang budi. RMMBP akan terhipnotis ada pahlawan, ada orang baik, dll.
Maka, saat ke TPS, akan sangat mudah mencoblos yang diangap sudah menjadi pahlawan bagi RMMBP ini.
Cuci otak dan hati
Tidak sulit bukan? Selama ini, dari Pilpres hingga Pilkada, cara "cuci otak dan hati" kepada RMMBP, jarang gagal. Dan, mungkin, demi kepentingan kekuasaan ini, "mereka" tetap berupaya membuat program pendidikan Indonesia tetap terpuruk. Kuncinya, ujung tombaknya bernama guru terus dibikin "menderita" agar rakyat tetap "bodoh".
Sampai ada rakyat bodoh yang membuat quote, "Guru memang bukan orang hebat. Tetapi semua orang hebat adalah berkat jasa seorang guru". Mutahilkan? Lahir orang hebat bila gurunya tidak hebat?
Kembali ke hajatan demokrasi. Demi kursi presiden, parlemen, hingga gubernur, bupati/walikota, rakyat +62 yang sudah dalam taraf cerdas sudah banyak diungkap bahwa mereka lebih menganggap hajatan demokrasi ini hanyalah kegiatan ritual, formalitas.
Cawe-cawe memalukan
Lebih miris, dalam Pilkada serentak kali ini, maaf, bahkan seorang mantan presiden dan presiden yang baru menjabat, tetap "merendahkan dirinya" ikut turun gunung secara terbuka dan terang-terangan, ikut cawe-cawe. Memalukan!
Padahal jabatan presiden itu, seharusnya diemban oleh sosok yang kapasitasnya negarawan. Jujur, sebagai rakyat jelata, melihat fakta ini, sangat prihatin. Peristiwa yang sebelumnya, bahkan sosok seorang presiden sampai dianggap mengabaikan etika dan moral karena kepentingan kekuasaan demi dinasti tetap bertahta.
Setelah lengser, yang janjinya mau momong cucu, malah menjilat janjinya sendiri. Ikutan turun ke jalan cawe-cawe dalam Pilkada. Pun presiden yang baru menjabat, setali tiga uang, tidak memikirkan bahwa "mata" rakyat melihatnya. Mereka tidak mengindahkan aturan. Malah seolah pamer kekuatan agar RMMBP, tergerak hati kepada pilihan yang didukung oleh sosok yang sudah berbaik hati. Miris. Sedih.