Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelatih=Guru, Menuju Generasi Emas 2045, Berproses dengan Benar

12 September 2024   12:58 Diperbarui: 12 September 2024   13:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Luar biasa bukan? Demi percepatan, sertifikasi guru pun dimudahkan dengan bahasa keren beranama transformasi. Yaitu perubahan berupa bentuk, sifat, fungsi dan sebagainya.

Cara instan ini pun, dari sisi uji kompetensi, materi diselaraskan dengan materi pendidikan dan pengalaman mengajar para guru sehingga peluang mengikuti ujikom lebih besar.

"Kami (Kemendikbudristek) ingin kinerja guru berfokus pada siswa dan perubahan yang baik bagi siswa," kata Nunuk.

Selanjutanya, upaya potong kompas yang instan, transformasi PPG dalam jabatan malah diharapkan dapat mengisi kekosongan kebutuhan guru ke depan akibat dari banyaknya guru yang pensiun.

Lebih miris, kata Nunuk, transformasi PPG ini juga sebagai upaya dalam mewujudkan visi menjadikan profesi guru menjadi lebih bermartabat, terhormat, dan membanggakan.

Menjadikan guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai agen transformasi pendidikan. Dan terakhir sebagai upaya menghidupkan gotong royong dalam menciptakan ekosistem belajar guru dan tenaga kependidikan yang berdaya dan saling menguatkan. Benarkah demikian?

Apakah cara potong kompas dan instan meraih sertifikasi akan melahirkan guru berkompeten sesuai tujuan? Sedangkan guru tersertifikasi secara wajar dan normal saja, selama ini pendidikan Indonesia tetap terpuruk. Hanya menghasilkan SDM kuantitas. Bukan SDM berkualitas.

Dari berbagai perbincangan, baik di ruang diskusi akademik, media mass, media sosial, masyarakat susah menemukan sosok-sosok guru berkompetensi lengkap, dalam hal pedagogi, kepribadian, sosial, profesional. Lalu benar-benar cerdas IQ, EQ, dan SQ.

Yakinkah dengan kondisi yang ada, transformasi PPG akan membantu pemerintah melahirkan guru-guru yang profesional untuk menyiapkan generasi emas 2045 dan kejayaan Indonesia di masa mendatang?

Sepak bola adalah jawaban

Atas kondisi pendidikan formal yang hingga Indonesia berusia 79 tahun saja masih membuat kualitas SDM Indonesia tertinggal, maka bagaimana tidak SDM dalam sepak bola signifikan terpuruk, yang semua kelemahan pemain Timnas sudah diidentifikasi sendiri oleh Shin Tae-yong (STy), yaitu tidak cerdas teknik(T), intelegensi (I), personality (P), dan speed (S) alias (TIPS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun