Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Stop Sok Tahu, Jangan Jatuh Tiga Kali, Ada Peluang Menang Atas Guinea

8 Mei 2024   14:27 Diperbarui: 8 Mei 2024   14:52 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koranpadang.com

Dorongan seseorang terlihat 'sok tahu' terjadi atas dasar berbagai faktor.

(1) Faktor pertama, tekanan sosial

Adanya tekanan sosial untuk tampil kompeten atau dihormati di hadapan orang lain, sebagai upaya untuk menjaga citra diri. Seseorang merasa perlu untuk menunjukkan bahwa dirinya memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai topik, termasuk hal sepak bola, meski pun sebenarnya pengetahuannya terbatas.

(2) Faktor perkembangan teknologi dan media sosial.

Mudahnya akses informasi melalui internet membuat seseorang dapat dengan cepat mencari jawaban atau informasi tentang suatu topik tanpa perlu mendalami pengetahuan tersebut. Hal ini dapat mengarah pada pengetahuan yang dangkal atau tidak akurat, tetapi masih memberi kesan bahwa seseorang 'tahu banyak'.

Perilaku "sok tahu" tanpa disadari dapat sangat merugikan. Salah satu dampaknya adalah menimbulkan ketegangan antar individu atau kelompok. Misalnya, dalam diskusi atau debat, ketika seseorang dengan rendah hati mempertahankan pendapatnya dengan klaim pengetahuan yang minim, hal ini dapat menimbulkan ketegangan antarpihak dan menghambat tercapainya pemahaman bersama atau solusi yang optimal.

Perilaku "sok tahu" juga dapat merugikan perkembangan pribadi seseorang. Ketika seseorang terbiasa mengklaim pengetahuan tanpa dasar yang kuat, mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk belajar dan tumbuh secara intelektual. Keterbukaan untuk mengakui ketidakpastian atau keterbatasan pengetahuan adalah langkah pertama dalam memperluas pemahaman dan perspektif.

Penanganan atau solusi agar saya, kita, tidak menjadi manusia yang sok tahu, antara lain dapat dengan cara:

(1) Menjadikan sikap menghargai, rendah hati, keterbukaan, kejujuran kecerdasan intelektual adalah budaya dan tradisi dalam kehidupan sehari-hari.

(2) Mengakui ketidakpastian atau ketidaktahuan adalah langkah awal yang penting dalam membangun dan membentuk diri kita menjadi pribadi yang tidak "sok tahu".

Sikap tidak "sok tahu" akan menjadi akar yang kokoh dalam menciptakan lingkungan sosial yang insklusif, responsif, dan berbasis pengetahuan dan pengalaman yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun