Dua timnas yang dibesut Indra mau pun Bima, nampak betul attitude para pemainnya, karena ada pendekatan keagamaan, individualis, dan kekeluargaan yang dilakukan Indra dan Bima. Di Garuda Muda yang kini di Qatar, nampaknya STy kurang kompeten dalam hal itu. Terlebih ada kendala bahasa, karena STy belum dapat berbahasa Indonesia, meski sudah mau 5 tahun menangani timnas Indonesia.
Semoga, di laga versus Irak, tidak ada skenario lanjutan dari "panitia". Semoga, ketidakhadiran Rizky Ridho, tidak berakhir gawang Ernando jadi lumbung gol. Ernando juga cerdas saat memberi umpan. Marselino, Ferrari, Struick, dan lainnya, tidak menambah perbendaharaan jumlah permainan  kotor Indonesia.
Tiket ketiga wakil Asia untuk Olimpiade Paris dapat digenggam Garuda, karena bermain cerdas otak dan hati, tidak bermain kotor. Tidak individualis dan egois. Tidak terpengaruh provokasi, sebab wasit utama dan wasit VAR, sepertinya ditugaskan mencari celah dan kesalahan pemain Indonesia, demi menyingkirkan Indonesia.
Hati-hati Garuda, Ada kesan TSM untuk singkirkan Indonesia, bahkan hingga laga perebutan juara tiga Piala Asia U-23. Ada fakta, pemain Indonesia seperti tidak disentuh pikiran dan hatinya, sebab tercatat ada bukti data yang dibuat panitia dan yang kita saksikan dalam setiap laga. Sehingga dalam laga perebutan juara tiga, lawan Indonesia yang sebenarnya adalah panitia, wasit, Irak, dan diri sendiri, kecerdasan otak (intelegensi) dan hati, emosi (personality)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H