Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Untuk Genggam Tiket Olimpiade: Jangan Takabur, Realistis, Atasi 4 Kelemahan

28 April 2024   22:54 Diperbarui: 29 April 2024   06:41 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebagai "orang kampung/lokal", bergaulnya, juga dengan "orang kampung/lokal", prestasi tertingginya bisa jadi hanya "prestasi kampungan/lokalan". Tetapi, sebagai "orang kampung/lokal", bergaulnya dengan "orang kota/luar", maka prestasi tertingginya, "prestasi kotaan/luaran".


(Supartono JW.28042024)

Catat! Sebelum laga semi final, di Piala Asia U-23 kali ini, dari fase grup dan babak 8 besar, Uzbekistan cleansheet. Dalam pasukan Garuda, di semi final, tetap ada 4 (empat) kelemahan!

Mimpi tampil di putaran final Olimpiade untuk kali kedua bagi Timnas Indonesia U-23, bisa saja hanya menjadi sekadar mimpi, bila Shin Tae-yong (STy) dan anak asuhnya, takabur.

Sesuai catatan sejarah, Timnas Indonesia pernah tampil di Olimpiade pada 1956. Artinya, kembali ke Olimpiade adalah penantian selama 68 tahun. Meski jalan menuju ke Olimpiade Paris, masih ada 3 cara.

Cara pertama otomatis lolos ke Olimpiade Paris, bila berhasil menang atas Uzbekistan di laga semi final. Bila kalah, cara kedua adalah bertanding di perebutan juara ketiga. Dan, cara ketiga, bila kalah juga di perebutan juara ketiga Piala Asia U-23 2024, maka harus melakukan pertandingan play off melawan wakil dari Afrika, Guinea. Berdasarkan ranking FIFA, Guinea saat ini bercokol di peringkat 76 dunia.

Takabur, realistis, kelemahan Garuda

Takabur sesuai KBBI adalah merasa diri mulia (hebat, pandai, dan sebagainya), angkuh atau sombong. Sifat takabur, suka membanggakan diri seringkali akan membuat luput. Luput artinya hilang, lepas, tidak terjangkau.

Sikap takabur yang membuat luput adalah hasil dari perasaan memandang orang lain seakan jauh lebih rendah dibanding dirinya. Tidak membumi, over percaya diri, karena sudah berhasil menggusur lawan-lawan berperingkat 71 (Yordania), 24 (Australia), dan 23 (Korea Selatan) dunia. Sementara Uzbekistan, lawan di semi final hanya berperingkat 64 dunia.

Jepang, ranking 18 atau Irak, ranking 58, pun bisa jadi akan menjadi lawan Indonesia bila Witan cs gagal mengatasi Uzbekistan.

Sikap percaya diri memang wajib terus tertanam dan dirawat, tetapi tidak boleh sampai berwujud takabur. Saat, menang atas Australia, Yordania, dan Korea Selatan, semua pemain yang dianggap terbaik di skuat Garuda, tidak ada yang berhalangan. 

Tetapi, saat bentrok dengan Uzbekistan, ada 4 kelemahan yang melekat di Garuda Muda.

(1) Salah satu penggawa Garuda yang tidak tergantikan, yaitu Struick, nyatanya harus menepi karena kartu kuning. 

(2) Sepanjang laga fase grup hingga menyingkirkan Korea Selatan, sektor kanan permainan Garuda Muda, terus bermasalah. Bertahan dan menyerang tidak sekuat dan secerdas sektor kiri. 

(3) Gol serangan balik lawan juga sudah dua kali terulang. Saat meladeni Yordania, serangan balik lawan di sektor pertahanan kanan Garuda menghasilkan gol bunuh diri. 

Begitu pun serangan balik Korea Selatan di sektor kanan pertahanan Indonesia, berbuah gol penyeimbang 2-2 bagi Korea Selatan.

(4) Persoalan kecerdasan intelgensi dan personality pemain yang terus ditunjukan dengan melakukan pelanggaran berbuah peringatan, kartu kuning, dan kartu merah, yang tidak perlu, terus terjadi. Lalu, bermain dengan egois dan individualis. Semua itu adalah buah masih adanya pemain yang belum cerdas intelgensi dan personality.

Kesimpulanya, secara realistis, pasukan Garuda Muda, saat nanti meladeni Uzbekistan U-23 di semifinal Piala Asia U-23 2024 yang akan dihelat di Stadion Abdullah bin Khalifa, Senin 29 April 2024, pukul 21.00 WIB, masih lekat dengan kelemahan bawaan, yaitu nomor (2), (3), dan (4).

Bila 4 (empat) kelemahan tersebut, mampu ditangani oleh STy, tidak kalah oleh euforia, sikap takabur, dan over percaya diri pasukannya, lalu sadar diri atas kenyataan dan realitas yang ada, cara terdepan menembus Olimpiade Paris versus Uzbekistan pun dapat sirna.

Harus realistis, absennya Rafael Struick akan sangat berpengaruh pada kekuatan Timnas Indonesia U-23. Siapa pemain pengganti yang standarnya selevel Struick? 

Sektor kanan permainan Garuda, STy pun belum menemukan formasi terbaik hingga laga versus Korea Selatan. Gol serangan balik, sudah dua kali tercipta. Pemain egois dan individualis masih ada. Kelemahan intelegensi dan personality masih nempel.

Atas kondisi ini, saya yakin, STy akan menemukan strategi, taktik, dan komposisi pemain yang permainanannya tetap terjaga levelnya, seperti saat Witan cs membekuk Australia, Yordania, dan Korea Selatan.

Bila tidak mengubah salah satu pemain yang selama ini menjadi  starter menempati posisi Struick, semisal Nathan atau Merselino atau Witan dijadikan striker, lalu posisi ketiga pemain tersebut diisi oleh pemain lain, rasanya, para pemain yang sering diturunkan dari bench pemain oleh STy, masih kesulitan menjadi pengganti Struick. 

Untuk sektor kanan permainan Indonesia, saya pikir STy, sudah menemukan formulasi jitu agar sektor kanan ini tidak mudah menjadi bulan-bulanan alur serangan lawan. Tidak macet dalam membantu serangan. Tidak sering membuat kesalahan sendiri yang terus mengancam gawang Ernando.

Semoga, di laga ini, dengan STy mampu mengatasi semua kelemahan, tiket Olimpiade Prancis cukup ditempuh dengan cara pertama, yaitu mengalahkan Uzbekistan. 

Saya menyebut, STy adalah orang kota, orang luar, yang artinya berpendidikan tinggi, berpengalaman, penuh kompetensi dan kualitas level dunia. Lalu ada pemain naturalisasi dan abroad, sebutan untuk pemain sepakbola yang bermain di klub yang bukan berasal dari negaranya. 

Karenanya, kolaborasi STy dengan pemain naturalisasi dan  abroad, didukung pemain lokal yang level tinggi, inilah wajah Timnas Indonesia U-23 sekarang. Wajah orang kampung/lokal yang bergaul dengan orang kota/luar.

Yah, sebagai "orang kampung/lokal", bergaulnya, juga dengan "orang kampung/lokal", prestasi tertingginya bisa jadi hanya "prestasi kampungan/lokalan". Tetapi, sebagai "orang kampung/lokal", bergaulnya dengan "orang kota/luar", maka prestasi tertingginya, "prestasi kotaan/luaran".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun