mimpi yang dapat menjadi kenyataan, bila tidak diperjuangkan dengan doa dan ikhtiar, usaha sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Sekali pun mimpi itu, bukan tentang hal yang benar dan baik.
Tiada(Supartono JW.25042024)
Dini hari, Jumat (26/04/2024), pukul 00.30 waktu Indonesia, bukan hanya publik sepak bola nasional yang akan menjadi saksi laga sepak bola sarat gengsi. Tetapi juga publik sepak bola Asia dan Dunia.
Pasalnya, Timnas Indonesia U-23 akan ditantang Timnas Korea Selatan U-23 pada babak delapan besar Piala Asia U-23 2024, di Stadion Abdullah Bin Khalifa, Doha, Qatar, Kamis malam (25/4/2024), pukul 20.30 waktu Qatar.
Dilansir dari laman FIFA, terakhir kali diupdate pada tanggal 4 April 2024, Korea Selatan berada di ranking ke-23. Sementara Indonesia hanya di posisi ke-134.
Namun begitu, dalam perjalanan di fase grup, nyatanya Indonesia mampu menekuk Australia U-23 1-0, yang ranking FIFAnya ke-24. Hanya terpaut satu angka dari Korea Selatan. Kemudian menggulung Yordania yang ada di ranking ke-71 dengan skor 4-1.
Sementara, bila Qatar U-23 yang ranking ke-34 tidak "dibantu" wasit, belum tentu anak-anak Garuda kalah dari tuan rumah ini.
Artinya, semua publik sepak bola, baik Indonesia, Asia Tenggara, Asia, hingga dunia, wajib melihat fakta keberadaan Timnas Indonesia U-23 asuhan Shin Tae-yong (STy) yang kini berada di Qatar. Tidak lagi memandang Indonesia yang hanya di level 134 dunia.
Terlebih, bila Australia yang beranking 24 saja mampu dikalahkan oleh Witan cs, bukan mustahil Korea Selatan yang di ranking 23 akan mengalami nasib sama, dikalahkan oleh Indonesia.
Ibaratnya, bila awalnya, pasukan Garuda muda asuhan STy seperti bermimpi dapat lolos ke perempat final/8 besar/babak gugur Piala Asia U-23 2024, sebab harus meladeni lawan-lawan di fase grup berperingkat 24, 34, dan 71 dunia, nyatanya dengan doa dan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Terlebih mimpinya adalah tentang hal yang benar dan baik.
Bukan menggapai mimpi dengan cara yang salah dan buruk. Tidak juga dengan cara yang curang dan melanggar aturan agama dan aturan manusia. Maka, mimpi itu dapat tergapai berkait niat yang benar dan baik. Mendapat rida dan keberkahan dari Allah.
Tidak seperti mimpi pihak-pihak di negeri +62, mimpinya wajib terwujud, meski dengan cara yang melanggar etika, moral, penuh kecurangan, ada cawe-cawe sosok nepotis. Bahkan ikhtiarnya secara TSM. Padahal, mimpi itu adalah untuk menggapai amanah yang sangat berat. Mengentaskan rakyat Indonesia dari jurang kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan.
Meski mimpi yang diiktiarkan secara TSM dapat terwujud, bahkan sampai dibantu 5 hakim yang tidak berhanti nurani, kira-kira, apakah prestasi meraih mimpi itu akan mendapat rida dan berkah dari Allah?
Berbeda dengan mimpi PSSI membawa Timnas Indonesia berprestasi, meski ada pihak yang kurang setuju dengan ikhtiar sang ketua, Erick Thohir. Bahkan ada manusia yang sangat tengil, bikin gaduh.
Tetapi saya merasakan, mayoritas publik sepak bola Indonesia, mendukung dan bangga atas upaya Erick Thohir, bangga kepada Timnas Indonesia U-23 mau pun Senior asuhan STy, sebab tetap diperkuat oleh putra-putra terbaik Indonesia, berdarah Indonesia.
Â
Bahkan saya dapat katakan, 99 persen rakyat Indonesia bangga atas Timnas Indonesia U-23 sekarang. Bangga atas hadirnya STy bagi perkbangan dan prestasi sepak bola nasional. Memang STy bersama Timnas belum pernan mengangkat tropi juara. Tetapi, STy sudah berikhtiar di jalan yang benar dan baik, hingga membawa Indonesia ke ranking 134 FIFA.
Kini, akan berupaya membawa Timnas Indonesia U-23, mengalahkan negaranya STy sendiri. Luar biasa.
Atas kondisi dan catatan yang sudah saya ulas, maka saya menyebut WAJAR, bila pada laga nanti Korea Selatan yang memenangi laga. WAJAR Pula bila Indonesia yang justru dapat menang. Dan, WAJAR bila Korea Selatan mau pun Indonesia yang salah satunya kalah.
Untuk menggapai mimpi menang, karena bukan hal yang mustahil, sebagai publik sepak bola nasional yang hanya melihat dari luar tentang Timnas Indonesia U-23, saya juga tidak akan sok tahu tentang taktik dan strategi serta komposisi pemain yang akan diturunkan oleh STy dalam laga nanti. Sebab, yang tahu persis bagaimana taktik, strategi, dan komposisi pemain dan kesiapan pemain adalah STy dan tim.
Namun, berangkat dari perjalanan dan proses di fase grup, menyoal taktik, strategi, dan komposisi pemain, saya sepakat dengan prediksi berbagai media olah raga nasional, terutama komposisi pemain mana yang paling terbaik diturunkan oleh STy sejak kick off.
Catatan saya, saat Garuda menekuk Yordania sudah ada perubahan yang signifikan dilakukan oleh STy terhadap Witan cs. Kompisisi pemain sudah tepat. Para pemain pun sudah cerdas intelegensi dan personality. Didukung oleh wasit yang adil dalam memimpin laga.
Untuk itu, saya sendiri melihat andai STy memasang komposisi pemain sejak kick off dengan formasi: 3-4-3,
Kiper: Ernando Ari
Belakang: Komang Teguh, Rizky Ridho, Justin Hubner
Tengah: Fajar Fatturahman, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, Pratama Arhan
Depan: Witan Sulaeman, Rafael Struick, Marselino Ferdinan.
Saya melihat, di lini belakang, Muhammad Ferarri saat meladeni Yordania, menjadi titik lemah pertahanan Indonesia, karenanya, mungkin, sebaiknya, Komang Teguh lebih didahulukan.
Bila komposisi pemain tepat. Semua pemain bermain dengan cerdas TIPS. Terutama nampak cerdas intelegensi dan personality. Tidak egois. Tidak individualistis. Wasit pun memimpin dengan adil. Maka, jalannya laga tentu akan menjadi tontonan sepak bola paling menarik di Asia saat ini. Dan dipandang publik dunia. Terlepas Korea Selatan atau pun Indonesia yang akan memenangi pertandingan.
Namun, bila STy mau membawa Garuda Muda menang, maka tidak boleh ada pemain yang membuat kesalahan tidak perlu, yang mengakibatkan mudahnya lawan membuat gol. Kita sering melihat Indonesia kemasukan gol yang tidak perlu, akibat kesalahan bukan hanya kiper, pemain belakang, atau pemain tengah. Tetapi akibat bola lepas dari pemain depan, kemudian lawan melakukan serangan balik yang langsung berujung gol.
Beban STy
Catatan saya terakhir, pertandingan melawan Korea Selatan, pasti menjadi beban tersendiri bagi STy. Pasalnya, untuk pertama kalinya STy mengasuh tim negara lain, bertemu dengan negaranya.
STy yang kini berusia 53 tahun, sudah menukangi Korea Selatan U-20, U-23, dan senior. Serta sudah bermain untuk tim nasional Korea Selatan.
Meski begitu, STy menegaskan akan bersikap profesional demi membawa Timnas Indonesia U-23 melaju ke babak semifinal Piala Asia U-23 2024.
"Ini menjadi pengalaman pertama saya melawan Korea Selatan."
"Tentu saja ini akan sulit bagi saya," kata STy.
"Saya sebenarnya ingin melawan Korea Selatan di final tapi kenyataannya seperti ini."
"Jujur saya tidak senang tapi sepak bola ya sepak bola dan saya akan melakukan yang terbaik," tutup STy. Seperti dilansir oleh berbagai media nasional.
Selamat bertanding Garuda Muda meladeni Korea Selatan. Selalu rendah hati, tidak over percaya diri, cerdas TIPS, tidak egois dan individualis. Kalah mau pun menang, berlaga di level ini, dengan lawan yang mentereng adalah wajar.
Sekali lagi, menang adalah wajar karena kalian sudah membuktikan mampu menggusur Australia yang beranking 24 FIFA. Sebaliknya, kalah pun wajar, karena kalian hanya ada di ranking 134 FIFA, berjarak 111 digit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H