Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhentilah Memicu Orang Lain, Pihak Lain, Berprasangka Buruk

13 April 2024   20:30 Diperbarui: 13 April 2024   20:43 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Meredam, diam, refleksi diri, adalah cara yang benar dan baik, saat diri kita sedang menjadi aktor/aktris yang disorot dan diperbincangan orang lain, pihak lain, rakyat, karena dianggap telah melakukan sikap dan perbuatan yang tidak benar dan tidak baik.

(Supartono JW.13042024)

Membaca berita di beberapa media hari ini, Sabtu (13/4/2024), ada berita yang kembali menarik perhatian saya.  Berita itu adalah kisah Presiden kita lagi.

Lebaran atau kampanye?

Saya baca, hari pertama Lebaran open house di Istana. Berikutnya, Presiden Jokowi pilih merayakan Lebaran kedua di Kota Medan. Disebut pula bahwa Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana bakal berada di Medan selama dua hari untuk menemui cucu, anak dan menantunya. Hal tersebut disampaikan Tenaga Ahli Utama Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin.

Menariknya, saat ditanya awak media, apakah kunjungan Jokowi ke Medan ini ada hubungannya dengan nama menantunya, Bobby Nasution yang bakal maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sumatera 2024? Ngabalin pun menegaskan untuk tidak dikaitkan ke sana.

"Karena ini baru hari kedua bulan suci Ramadhan. Kita baru ada di bulan Syawal. Jadi mari kita lihat situasi ini dengan sejuk, dengan tenang," Ujar Ngabalin.

Pada hari pertama Lebaran, putri Presiden Jokowi dan menantunya, Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution memang tidak telihat mendampingi di Istana Negara.

Tradisinya, anak mengunjungi

Atas situasi tersebut, pantas saja ada awak media yang sudah berpikir bahwa, meski dalam suasana lebaran, Jokowi pun memanfaatkan momentum untuk berkampanye mendukung menantunya.

Pertanyaanya, apakah awak media berbuat salah atau berpikiran negatif? Karena menduga Jokowi sudah mencuri start untuk kampanye mendukung Bobby, mumpung masih sebagai Presiden?

Pasalnya, cara-cara Jokowi dalam mendukung Prabowo- Gibran menjadi Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, juga dengan cara-cara kunjungan.

Secara logika pula, adanya tradisi dan budaya mudik di Indonesia, bila di kampung halaman masih ada orang tua, yang mudik itu adalah para anaknya. Bukan orang tuanya yang malah repot-repot mengunjungi anaknya.

Apakah Jokowi juga bermaksud memberikan keteladanan lagi tentang budaya dan tradisi lebaran yang baru, orang tua yang mengunjungi anak. Bukan anak yang mudik demi dapat bersilaturahmi dengan orang tua?

Masyarakat awam sejatinya mahfum, bila ada anak yang tidak dapat mudik saat lebaran, karena biasanya alasannya adalah ekonomi. Anak tidak mampu membiayai dirinya dan keluarganya pulang kampung karena ketiadaan biaya.

Apakah anak dan menantu Jokowi tidak punya biaya, demi mudik berlebaran dengan Jokowi?

Semoga tidak benar

Semoga, dugaan awak media tentang Jokowi ke Medan karena ada maksud kampanye terselubung demi mendukung menantunya dalam Pilgub, seperti cara-cara klasik Jokowi dalam mendukung Gibran, salah.

Tetapi, masyarakat juga sebagian sudah tahu bahwa, menantu Presiden Jokowi itu, Bobby Nasution telah memastikan meninggalkan PDIP, untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) 2024 melalui Partai Golkar.

Bahkan Bobby Nasution yang juga Wali Kota Medan itu mengklaim sudah mengantongi restu dari Presiden Jokowi, yang adalah mertuanya. Kode-kode Bobby Nasution meninggalkan PDIP karena mengenakan batik bernuansa kuning, warna Partai Golkar, saat menghadiri pengarahan bakal calon kepala daerah dari Partai Golkar yang dipimpin Ketua Umum Airlangga Hartarto di DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (6/4/2024).

"InsyaAllah," kata Bobby seusai setelah menghadiri acara pengarahan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (6/4/2024).

Wartawan pun bertanya kepada suami Kahiyang Ayu ini soal restu Jokowi jika dirinya bergabung dengan Golkar. Bobby hanya mengatakan, Presiden Jokowi akan mendoakan yang terbaik untuk dirinya.

Harusnya meredam

Sejujurnya, apa yang dilakukan oleh Jokowi di saat lebaran, baik secara individu mau pun sebagai Presiden, adalah haknya.

Tetapi, Jokowi seharusnya menyadari bahwa sebagian rakyat Indonesia yang bukan 96 juta, sampai detik ini, pikiran dan hatinya masih dalam kondisi sensitif, akibat Pemilu Pilpres yang sekarang masih diproses di Mahkamah Konstitusi akibat adanya tuduhan Pemilu curang.

Mirisnya, kecurangan Pemilu yang sampai dianggap TSM itu, Jokowi dianggap sebagai dalangnya, bahkan merontokan etika dan moral.

Pertanyaan saya, mengapa Jokowi tidak rehat. Tidak meredam, tidak diam dulu, tidak refleksi diri. Tetapi malah terus melakukan manufer yang dianggap melanjutkan kampanye terselubung, demi mendukung dinastinya, merebut jabatan dan kekuasaan, memanfaatkan momentum dirinya yang masih berkuasa?

Tindakan Jokowi, tentu saja justru memancing awak media dan rakyat menjadi berpikir negatif. Menambah rakyat berbuat dosa lagi karena Jokowi memicu berbagai prasangka. Di saat suasana lebaran lagi. Hari kedua.

Kemarin, Gibran, Kaesang, didukung bahkan dengan terang-terangan. Kini, bila benar, berkampanye untuk Bobby. Berikutnya, sepertinya akan mendukung Erina istri Kaesang dalam Pilgub juga?

Pak Presiden, maaf, mengapa dalam situasi sebagian pikiran dan hati rakyat yang masih sensitif akibat cawe-cawe Bapak, Bapak justru terus tancap gas lagi?

Bukan sebaliknya meredam atau mengurangi. Bahkan menghilangkan pikiran dan hati rakyat yang sedang sensitif terhadap langkah Bapak. Mengapa Bapak hanya berpikir kepentingan Bapak, merasa didukung oleh 96 juta rakyat yang sesuai hasil KPU?

Saran saya, dengarkan kata hati nurani Bapak. Pikirkan rakyat Indonesia secara menyeluruh. Bukan hanya rakyat pendukung dan pihak-pihak yang menjadi sponsor Bapak.

Sehingga, dalam suasana lebaran saja, Bapak sudah membuat kisah lanjutan tentang  jabatan dan kekuasaan di dunia, yang tidak akan di bawa mati.

Yah, meredam atau diam atau refleksi diri, adalah cara yang benar dan baik, saat diri kita sedang menjadi aktor/aktris yang disorot dan diperbincangan orang lain, pihak lain, rakyat, karena dianggap telah melakukan sikap dan perbuatan yang tidak benar dan tidak baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun