Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

1445 H (16) Kebaikan yang Kendaraan

26 Maret 2024   10:11 Diperbarui: 26 Maret 2024   10:39 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Dekat dan bergaulah dengan orang saleh yang "saleh". Maka, tidak terjerumus pada dunia tipu daya, tipu muslihat, licik, dan jahat. Sebab, orang saleh yang "saleh", tentu tidak menggunakan kebaikan hanya sebagai kendaraan kepentingan dan mencari keuntungan, karena taat dan bersungguh-sungguh menjalankan ibadah. Suci dan beriman.

(Supartono JW.26032024)

Di negeri merdeka, di seputar Ibu Kota lama, Jakarta, tepatnya di Bekasi, kisahnya masih hangat.
"Ada yang datang ngukur, nggak ada komunikasi, tiba-tiba orang PUPR dan Apprasial hanya memberikan amplop yang isinya itu harga tanah disitu dan seolah kita harus menyepakati tanpa ada negoisasi atau pertanyaan diminta berapa," ungkap seorang warga kepada awak media, Minggu (24/3/2024).

Parahnya lagi, "Petugas yang datang sama sekali tidak memberikan ruang diskusi. Malah seolah mengancam dengan menyebutkan, jika tidak setuju dengan harga yang ditawarkan untuk menggugat ke pengadilan."

"Astagfirullah, ini tuh cara-cara apa, kita seperti kembali ke masa lalu dengan kesewenang-wenangan aja. Ini saya punya sertifikat. Kita coba ngobrol dengan yang bersangkutan, katanya kalau nggak terima silahkan ke pengadilan, apa begini negara hadir buat rakyatnya. Ini kan kaya ngusir aja. Saya cuma tukang bakso," ungkapnya.

Jeritan tukang bakso itu, mewakili beberapa warga yang mengalami perlakuan sama, akibat didatangi petugas dari PUPR dan beberapa pihak kaitan rencana pembebasan lahan untuk kelanjutan Tol Becakayu sesi 2 di Jalan H Joyo Martono, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Sementara di Ibu Kota baru, IKN malah sudah beberapa kali terjadi kisah serupa. Terbaru,
Sebanyak 16 organisasi yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil mengungkapkan adanya ancaman dari Otorita IKN kepada masyarakat lokal di kawasan IKN. Otorita disebut akan mengambil alih tanah masyarakat atas nama pembangunan.

Pasalnya, Deputi Bidang Pengendalian Pembangunan Otorita IKN mengancam warga melalui surat Surat Nomor 179/DPP/OIKN/III/2024. Surat itu dikirimkan kepada warga pada 4 Maret 2024 yang menyatakan adanya pelanggaran oleh warga atas pembangunan yang tidak berizin dan atau tidak Sesuai dengan tata ruang IKN.

Dalam surat tersebut, Badan Otorita IKN menyatakan bahwa Tim Gabungan Penertiban Bangunan Tidak Berizin telah melakukan identifikasi pada Oktober 2023. Hasilnya, terdapat ketidaksesuaian kondisi di lapangan dengan tata ruang yang diatur pada Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan (RDTR WP) IKN.

Miris, ini kejadian luar biasa, padahal dalam bulan Ramadan 1445 Hijriah. Tragisnya, Otorita IKN juga meminta kepada warga agar segera membongkar bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan Tata Ruang IKN dan peraturan perundang-undangan. Pemerintah memberikan batas waktu kepada warga untuk meninggalkan wilayah tersebut dalam 7 hari.

Kendati Kepala Otorita IKN Bambang Susantono  membantah soal penggusuran tersebut. Bambang mengatakan:

"Bulan Ramadan ini kita beribadah dulu," ujarnya saat ditemui pewarta di Hotel Kempinski Jakarta pada Kamis, 14 Maret 2024."

Tetapi Bambang tak menampik, bahwa penggusuran akan tetap dilakukan untuk melancarkan pembangunan proyek strategis nasional ini. Bambang berjanji tak akan melakukan relokasi warga secara semena-mena. Pemerintah, ucapnya, akan mengedepankan dialog dan komunikasi kepada warga.

Wow, di IKN mau pun di Bekasi, di bulan Ramadan ternyata ada sebagian rakyat Indonesia yang sedang disakiti pikiran dan hatinya, dibuat resah. Mau diusir dari tanahnya sendiri demi kepentingan siapa? Kembali merasakan penjajahan, tetapi dilakukan oleh antek-antek pemimpin negeri sendiri yang seharusnya amanah.

Sadar dibodohi?

Dari kejadian penggusuran tersebut, rakyat harus membuka pikiran, mata, dan hati. Menyadari sedang dibodohi! Lihatlah! Para pemimpin yang sekarang duduk dikursi jabatan dengan cara membaiki (membodohi) rakyat dengan berbagai tipu daya, tipu muslihat, segala cara jahat dan licik dilakukan demi mendapat suara rakyat dalam Pemilu.

Tetapi ketika kedudukan sudah di dapat, apa yang mereka perbuat? Justru menindas rakyat dengan berbagai cara, tujuannya untuk melayani para pemodal yang telah membiayai mereka untuk dapat kue bisnis, dan duduk di kursi. Mereka pun dengan semena-mena menggunakan uang rakyat demi kepentingannya, tapi pada akhirnya, rakyat pun ditindas lagi.

Itu baru cerita klasik penggusuran. Cerita lainnya, harga kebutuhan pokok naik, harga BBM akan naik, listrik akan naik, BPJS juga masih diulik-ulik. Berbagai Peraturan dan UU dibuat juga demi mengamankan mereka sendiri. Demi kepentingan dan keuntungan mereka sendiri.

Kisah yang kini sedang terjadi menimpa sebagian rakyat Indonesia ini, tidak berbeda jauh dengan pepatah "serigala berbulu domba" dan "musang berbulu ayam". Pepatah ini merupakan ungkapan (idiom) untuk menyebut sifat licik (munafik) yang wujudnya berbeda dengan karakter aslinya. Wujudnya bagaikan "malaikat" tanpa cela. Namun, di sebalik semuanya, tersimpan niat jahat yang penuh kepalsuan tiada tara melampaui perilaku iblis yang ingkar.

Hamba yang berwatak demikian memiliki tujuan tersembunyi dan penuh tipu daya. Ungkapan kata dan janjinya penuh dusta, perilakunya wujud kemunafikan, hatinya penuh kebusukan, dan siasatnya licik penuh muslihat.

Baik, hanya kendaraan

Sejatinya, awalnya mereka-mereka itu, melakukan perbuatan baik, yang hanya dijadikan kendaraan saja, demi mencapai maksud dan tujuan yang licik oleh orang-orang yang jahat untuk melakukan tipu-tipu, yaitu perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Atau tipu daya, yaitu bermacam-macam tipu, berbagai daya upaya yang buruk, muslihat. Sementara maksud tipu muslihat adalah
siasat, ilmu (perang dan sebagainya).

Orang-orang yang berbakat dan kompeten dalam hal tipu daya, tipu muslihat ini, saat tampil di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara, nampak sebagai orang saleh. Orang baik.

Saleh memiliki dua arti. Pertama, taat dan bersungguh-sungguh menjalankan ibadah. Kedua, suci dan beriman.

Selanjutnya, makna baik di antaranya: elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib), menguntungkan (tentang kedudukan dan sebagainnya), berguna, tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti,  jujur, hati berbudi baik.

Dengan demikian, orang-orang yang saleh, sudah tentu terkategori orang baik, karena melakukan segala sesuatu berdasarkan kebenaran: taat dan bersungguh-sungguh menjalankan ibadah, suci dan beriman. Tetapi orang baik, belum tentu saleh. Kebaikannya karena "serigala berbulu domba" atau "musang berbulu ayam".

Momentum

Atas kejadian yang kini sedang menimpa rakyat Indonesia karena perbuatan "serigala berbulu domba" atau "musang berbulu ayam", sesuai ajaran para Ulama yang disiarkan juga di berbagai media, Umat Muslim khususnya, dapat berdoa hari ke-16 Ramadhan, sebagai berikut:
"Ya Allah, anugrahilah kepadaku di bulan ini agar supaya bisa bergaul dengan orang-orang baik, dan jauhkanlah aku dari bergaul dengan orang-orang jahat. Berilah aku perlindungan di bulan ini dengan rahmat-Mu sampai ke alam Akhirat. Demi keesaan-Mu wahai Tuhan semesta Alam"

Doa ini tidak hanya meminta agar bisa bergaul dengan orang-orang baik, tetapi juga memohon agar dijauhkan dari orang-orang jahat serta mendapatkan perlindungan dan rahmat dari Allah SWT.

Dalam bergaul, benar-benar dianalisis positif dan negatifnya. Bahkan beberapa pihak dan orang cerdik pandai bahkan ada yang mengingatkan, bila kita bergaul dengan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia politik atau menggeluti politik praktis, yaitu segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Negara dalam pemerintahan serta kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum yang dilaksanakan di lapangan atau kehidupan bernegara, kita akan terjerumus pada perbuatan dan budaya tipu-tipu.

Menjadi orang baik yang hanya kedok. Berlindung di balik amanah, tetapi sejarah terus mencatat, mereka selalu tidak dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak beretika dan tidak bermoral, karena berbagai tuntutan, pengembalian modal/hutang, dan hutang budi.

Karenanya, inilah momentum kita untuk bergaul bergaul dengan orang-orang saleh yang sebenarnya. Sebab, dari berbagai pengalaman dan literasi, bergaul dengan orang saleh yang sebenarnya, beberapa keuntungannya adalah:

(1) Dapat menenangkan hati, karena hati mereka dapat mempengaruhi suasana hati kita yang sering mudah gelisah, resah, cemas, dll, sehingga hati kita dapat lebih tentram dan damai.

(2) Dapat menjadi teladan yang benar dan baik, sebab mereka
menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran agama, nilai-nilai etika, dan moral yang tinggi.

(3) Dapat terinspirasi untuk berperilaku baik.

(4) Dapat selalu termotivasi berbuat kebajikan. Kebajikan adalah kemuliaan akhlak. Tabiat atau sifat tertentu yang dianggap baik, sehingga dijadikan salah satu sendi keutamaan dan sikap berbudi pekerti yang baik. Dengan kata lain, kebajikan adalah perilaku yang memperlihatkan tolok ukur budi pekerti yang tinggi, yaitu mengerjakan yang benar dan menghindari yang salah.

Lawan dari kebajikan adalah kefasikan. Kefasikan adalah keadaan tercemar oleh dosa. Menjadi fasik berarti bertindak dengan cara yang bertentangan dengan sifat Tuhan, secara aktif menentang Tuhan dalam ketidaktaatan, atau mengabaikan Tuhan secara tidak hormat.

(5) Dapat menambah wawasan agama.

(6) Dapat tertular gemar melakukan amal kebaikan yang bukan tipu-tipu.

(7) Dapat menjadi pribadi yang menggerakkan masyarakat di berbagai bidang dengan pikiran, hati, dan langkah kaki, serta "kekuatan" sendiri/kekeluargaan, tanpa harus berlindung di balik nama Yayasan dan sejenisnya yang mendampak kemudaratan.

(8) Dapat tidak tergiur dan terhindar ikut menjadi aktor-aktris politik yang hanya mengejar manis madu kepentingan dan keuntungan, tetapi sarat dengan tipu-tipu.

Semoga, saya dapat selalu
dekat dan bergaul dengan orang saleh yang "saleh". Tidak terjerumus pada dunia tipu daya, tipu muslihat, licik, dan jahat. Sebab, orang saleh yang "saleh", tentu tidak menggunakan kebaikan hanya sebagai kendaraan kepentingan dan mencari keuntungan, karena taat dan bersungguh-sungguh menjalankan ibadah. Suci dan beriman. Aamiin.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun