Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Memahami Perbuatan Anomali

4 Maret 2024   11:30 Diperbarui: 4 Maret 2024   13:00 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, saya melihat di lingkungan sekitar saya, di lingkungan kegiatan saya, di lingkungan pekerjaan saya, hingga di lingkungan kegiatan hobi saya, masyarakat sudah malas, bahkan cenderung antipati menyebut apalagi berbicara terkait politik, khususnya Pilpres 2024

Pertanyaannya, mengapa masyarakat menjadi antipati? Tidak nampak mana bagian masyarakat yang versi KPU 60 persen bersuara untuk calon pemenang, sesuai proses perhitungan real count. Benarkah yang 60 persen memberikan suara ini karena kecerdasan dan hati nuraninya?

Benarkah yang 40 persennya lagi, karena memang cerdas dan punya hati nurani. Tahu etika dan moral. Tidak melakukan perbuatan anomali?

Antipati dalam KBBI didefinisikan sebagai suatu penolakan atau perasaan nggak suka yang kuat.

Menutup artikel ini, sedih dengan Pemilu 2024. Banyak dugaan perbuatan anomali, melengkapi skenario dan penyutradaraan sandiwara TSM. Siapa penulis naskahnya, siapa sutradaranya. Dan, siapa aktor-aktris dan para pemeran pembantunya. Siapa yang memiliki kepentingan di baliknya, sangat mudah dibaca dan ditebak.

Maaf, kalau saya bertanya kepada dokter penyakit jiwa, yang melakukan perbuatan anomali di kehidupan nyata itu, apa bisa dikategorikan sudah "sakit jiwa?"
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun