Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Literasi, Sekadar Membaca Judul

28 Desember 2023   18:14 Diperbarui: 28 Desember 2023   20:42 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Fenomena literasi. Sekadar membaca judul sebuah bacaan/tontonan seperti buku, karya tulis/ilmiah/sastra, artikel, opini, berita, informasi, pengumuman, film, pertunjukan, iklan dll. Langsung paham dan tahu isinya. Lalu, bisa berdebat dan beragurmentasi?

(Supartono JW.28122023)

Saat saya masih aktif bercengkerama dengan peserta didik, khusus materi ajar dari buku, untuk memastikan peserta didik membaca tuntas sebuah buku, mulai dari halaman judul sampai penutup. Ujiannya, ujian individu secara lisan, menanyakan tentang a, b, c, dan seterusnya ada di bab ke berapa dan halaman berapa.

Ini cukup efektif, membuat peserta didik membaca tuntas sebuah buku. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, apakah hal ini diaplikasikan oleh peserta didik di pelajaran lain dan kehidupan nyata?

Bagaimana dengan masyarakat yang tidak diberikan tugas/kewajiban membaca buku, dll?

Singkat kisah, inilah fenomena literasi yang terjadi pada masyarakat kita terkait hal membaca. Baru sekadar membaca judul, tetapi sudah memberi komentar. Malah mengajak berargumentasi dan berdebat. Ini fenomena apa? Tetapi harus diakui bahwa "membaca" adalah bagian dari literasi, meski pun hanya bagian judul.

Jadi, Sekadar membaca judul pun, itu literasi.

Masalah literasi

Hingga 2023, masalah literasi, matematika, dan sains masih menjadi pekerjaan rumah (PR) atau pekerjaan klasik (PK) bagi bangsa Indonesia, karena terus tercecer dari negara-negara lain.

Khusus menyoal literasi,  sejatinya merupakan istilah yang sudah familiar bagi banyak orang. Namun, bisa jadi, masih banyak orang yang belum memahami betul tentang pengertian arti literasi.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti literasi adalah kemampuan menulis dan membaca.

Sementara ada pandangan yang menyebut literasi sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Diartikan juga sebagai penggunaan huruf untuk merepresentasikan bunyi atau kata.

Sementara menurut kamus online Merriam-Webster dilansir dari laman resmi LMS-SPADA Kemdikbud RI, arti literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).

Namun, yang lebih familiar, pengertian literasi yang kini banyak dipahami masyarakat sesuai wikipedia adalah literasi atau kemelekan yaitu istilah umum yang merujuk kepada serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaannya, apakah masyarakat kita sudah cakap literasi yang demikian?

Sesuai kondisi masyarakat kita terkini, terutama dalam perikehidupan di medsos, sepertinya sudah mendapatkan ilmu literasi baru. Budayanya, sekadar membaca judul, sudah membuat seseorang seolah tahu tentang isi sebuah bacaan/tontonan seperti buku, karya tulis/ilmiah/sastra, artikel, opini, berita, informasi, pengumuman, film, pertunjukan, iklan dll.

Entah menggunakan teori dan Ilmu dari mana. Seolah langsung dapat paham identifikasi masalah, latar belakang masalah, tujuan, sasaran, pembahasan, hingga kesimpulannya. Lalu, bisa memberikan komentar, berargumemtasi, dan berdebat.
Apakah masyarakat yang terbudaya hanya membaca judul, pernah menyimak atau membaca hal literasi dari laman resmi Dirjen PAUD Kemdikbud RI? Ada 6 jenis literasi, yaitu

Pertama, literasi baca tulis. Adalah kecakapan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat maupun yang tersurat, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri.

Literasi inilah yang kini sangat memprihatinkan di Indonesia, sebab, hadirnya medsos membuat masyarakat yang sudah terdidik dan belum terdidik sangat terbudaya sekadar membaca judul.

Bagaimana mungkin, hanya dengan membaca judul akan berkembang pengetahuan dan potensi dirinya? Yang ada, dunia menjadi penuh sesak dengan orang-orang yang sok tahu.

Kedua, literasi numerasi, yaitu
kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terikat dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

Apakah hanya dengan membaca judul, kompetensi seseorang dalam literasi numerasi dapat tercapai?

Ketiga, literasi sains, kecakapan untuk memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita serta mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah.

Mustahil seseorang hanya dengan membaca judul akan paham fenomena alam dan sosial di sekitar kita serta mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah.

Keempat, literasi digital, kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.

Membaca dan sampai memahami isinya saja, masih sulit bagi seseorang mampu dalam kecakapan digital, apalagi bila hanya membaca judul.

Kelima, literasi finansial, kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, risiko, keterampilan, dan motivasi dalam konteks finansial.

Literasi ini sebelas dua belas dengan literasi lainnya, apalagi persoalan finansial, mana mungkin seseorang cakap bila hanya membaca judul?

Keenam, literasi budaya dan kewarganegaraan, kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa serta memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Apakah hanya dengan membaca judul, seseorang akan cakap dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa serta memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara?

Masyarakat yang masih sekolah/kuliah/bekerja/lainnya, seharusnya tanpa diminta memiliki kecakapan literasi atau kemelekan yang merujuk kepada serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaanya, semisal di grup wa, apakah saya orang yang hanya membaca judul saat ada anggota lain yang berbagi bacaan/berita/video dll? Apakah ketika orang lain japri mengirim bacaan/berita/video dll, saya juga hanya membaca judul? Tapi malah latah meneruskan bacaan/berita/video dll? Kepada orang lain atau grup wa lain atau medsos lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun