Fenomena literasi. Sekadar membaca judul sebuah bacaan/tontonan seperti buku, karya tulis/ilmiah/sastra, artikel, opini, berita, informasi, pengumuman, film, pertunjukan, iklan dll. Langsung paham dan tahu isinya. Lalu, bisa berdebat dan beragurmentasi?
(Supartono JW.28122023)
Saat saya masih aktif bercengkerama dengan peserta didik, khusus materi ajar dari buku, untuk memastikan peserta didik membaca tuntas sebuah buku, mulai dari halaman judul sampai penutup. Ujiannya, ujian individu secara lisan, menanyakan tentang a, b, c, dan seterusnya ada di bab ke berapa dan halaman berapa.
Ini cukup efektif, membuat peserta didik membaca tuntas sebuah buku. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, apakah hal ini diaplikasikan oleh peserta didik di pelajaran lain dan kehidupan nyata?
Bagaimana dengan masyarakat yang tidak diberikan tugas/kewajiban membaca buku, dll?
Singkat kisah, inilah fenomena literasi yang terjadi pada masyarakat kita terkait hal membaca. Baru sekadar membaca judul, tetapi sudah memberi komentar. Malah mengajak berargumentasi dan berdebat. Ini fenomena apa? Tetapi harus diakui bahwa "membaca" adalah bagian dari literasi, meski pun hanya bagian judul.
Jadi, Sekadar membaca judul pun, itu literasi.
Masalah literasi
Hingga 2023, masalah literasi, matematika, dan sains masih menjadi pekerjaan rumah (PR) atau pekerjaan klasik (PK) bagi bangsa Indonesia, karena terus tercecer dari negara-negara lain.
Khusus menyoal literasi, Â sejatinya merupakan istilah yang sudah familiar bagi banyak orang. Namun, bisa jadi, masih banyak orang yang belum memahami betul tentang pengertian arti literasi.
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti literasi adalah kemampuan menulis dan membaca.