Atas kondisi ini, meski saya kecewa dan sedih. Tetap tidak patah arang untuk terus membantu ranah sepak bola akar rumput. Bukan hanya melalui pemikiran dan pencerahan melalui artikel-artikel yang bila saya bukukan, sudah berjilid-jilid, tetapi ikut terjun langsung menjadi bagian di sepak bola akar rumput dengan mengelola SSB.
Pasalnya, sampai detik ini, PSSI tidak pernah peduli dengan regulasi, standarisasi, dan akreditasi SSB yang terbukti telah menjadi pondasi Timnas sepak bola Indonesia. Maka, SSB yang saya dirikan sejak 1998, setahun sebelum nama SSB digaungkan secara resmi oleh PSSI tahun 1999, hingga saat ini bentuknya masih saya pertahankan sebagai SSB Kekeluargaan.
Percuma dibuat semi atau profesional, karena tidak ada panduaannya. Tidak ada regulasinya, standarisasinya, dan akreditasinya. Bila dibuat profesional, akan mengacu regulasi yang mana? Lalu, siapa yang menstandarisasi dan mengakreditasi?
Saya sebut, ribuan SSB yang menjamur di Indonesia, bahkan ada yang pakai nama Diklat, Akademi, dan lainnya. Tidak ada satu pun yang sesuai regulasi, standarisasi, dan akreditasi. Karena PSSI belum pernah membuatnya.
Kekeluargaan SSB Sukmajaya
Karena itu, sadar akan aturan yang belum pernah ada dan belum pernah dibuat, karena menggunakan nama (S) sekolah di depan sepak bola, maka SSB Sukmajaya memenuhi  syarat (S)-nya dengan pelatih yang berpendidikan minimal Sarjana. Memiliki kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional. Lalu, sisi profesionalnya di tambah dengan bukti lisensi kepelatihan dan bukti sebagai praktisi sepak bola.
Itu upaya agar nama SSB bukan sekadar untuk gaya-gaya-an, sok-sok-an. Tetapi fakta melibatkan pendidik dan ada kurikulum pendidikannya. Siswa pun mendapat Rapor hasil pendidikan, pelatihan, dan pembinaan sepak bola di Kekeluargaan SSB Sukmajaya, yang konten pendidikan, pelatihan, dan pembinaannya bukan hanya sekadar tentang sepak bola, tetapi juga bekal untuk kehidupan nyata.
Seseuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekeluargaan berarti perihal (yang bersifat, berciri) keluarga. Sementara makna keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya, seisi rumah. Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan. Sanak saudara, kaum kerabat. Satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.
Sesuai arti itulah, SSB Sukmajaya yang telah melewati usia seperempat abad (25 tahun) senantiasa melakukan program pendidikan, pelatihan, dan pembinaan sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) agar tidak salah arah.
Sebab ada wadah sepak bola akar rumput yang sudah berbentuk ini dan itu. Ada yang justru dimanfaatkan untuk mencari keuntungan dan kepentingan. Ada yang sekadar gaya-gaya-an. Pangkalnya kebebasan yang terjadi dalam sepak bola akar rumput adalah karena tiadanya Regulasi, standarisasi, dan akreditasi.
Untuk itu, SSB Sukmajaya, sebagai satu di antara 16 SSB Pelopor di Indonesia yang dipilih langsung oleh PSSI, saat nama SSB digaungkan oleh PSSI tahun 1998, hingga kini menjelang usia 26 tahun, tetap konsisten dengan pendidikan, pelatihan, dan pembinaan murni.