Pendidikan Direktur Teknik (Dirtek) Sepak Bola, sedang digelar FIFA untuk pertama kalinya di dunia. Kuotanya hanya untuk 25 peserta. Indonesia pun dapat berkah, sebab nama Dirtek PSSI, Indra Sjafri ada di dalamnya. Terpilih dan diundang secara pribadi karena prestasi, menjadi peserta pendidikan yang berlangsung selama 18 bulan. Tujuan pendidikan pun disesuaikan dengan Regulasi FIFA. Hasil pendidikan akan sesuai Standarisasi FIFA dan Terakreditasi FIFA.
Regulasi, standarisasi, dan akreditasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), regulasi diartikan sebagai sebuah peraturan, regulasi merupakan cara untuk mengendalikan manusia atau masyarakat dengan suatu aturan atau pembatasan tertentu.
Kemudian, standarisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman (standar) yang ditetapkan di bakukan.
Sementara, akreditasi adalah pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu. Atau pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang seseorang untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya.
Jadi, Program Pendidikan Direktur Teknik itu adalah program FIFA yang sesuai Regulasi, sesuai Standarisasi, dan sesuai Akreditasi FIFA.
Melihat adanya Program tersebut, saya jadi mengulang ingat tentang kondisi "Wadah Sepak Bola Akar Rumput" di Indonesia. Ibarat aliran air yang deras, menyoal "Wadah Sepak Bola Akar Rumput" di Indonesia, sudah sampai berbuih-buih efek dari artikel yang saya tulis terkait Regulasi, standarisasi, dan akreditasi ini.
Namun, sampai saya tulis lagi artikel ini, terkait aturan (Regulasi, standarisasi, dan akreditasi) "Wadah Sepak Bola Akar Rumput" di Indonesia, yang seharusnya di buat oleh PSSI bersama Kemenpora dan Kemendikbudristek, tidak pernah ada. Belum pernah dibuat.
"Wadah Sepak Bola Akar Rumput" di Indonesia, yang basisnya bernama Sekolah Sepak Bola (SSB) yang digaungkan tahun 1999 di kepemimpinan PSSI, zaman Agum Gumelar, dengan Direktur Pembina Usia Muda, Ronny Pattinasarany, benar-benar terus diabaikan keberadaannya oleh PSSI. Tetapi hasilnya diambil.
Tidak patah arang