PSSI, mau tetap pura-pura buta dan tuli?
Bila seseorang cerdas intelegensi (pandai, pintar) karena terdidik secara secara formal. Biasanya akan cerdas personality (mental, sikap, kepercayaan diri, dll). Saya sebut cerdas intelegensi dan cerdas personality maka akan identik dengan kaya pikiran dan kaya hati.
Dengan pondasi itu, pemain sepak bola yang berbakat (teknik mumpuni) akan dapat dipertahankan dan ditingkatkan tekniknya, bila otak dan hatinya juga cerdas. Bila otaknya pintar, hatinya cerdas alias kaya hati. Maka, tentu otak dan hatinya dapat membimbing dirinya dalam hal teknik dan speed.
Bagaimana seseorang akan cerdas teknik dan speed, sementara otak dan hatinya tumpul. Tidak terasah. Tidak terdidik. Yang ada dalam bermain bola akan nampak kebodohannya. Bermain egois dan individualis, mudah dipancing emosi atau malah memancing emosi lawan. Ini bagian dari lemah personality yang dasarnya lemah intelegensi. Tabiat yang mudah diliat berikutnya, passing dan control salah, buruk, tidak akurat. Di depan gawang kosong membuang peluang. itu lemah teknik yang pondasinya lemah intelegensi dan personality.
Lihat, dalam laga leg kedua saat Timnas dijamu Brunei. Meski sadar laga disiarkan langsung televisi dan ditonton oleh publik sepak bola dunia, bukan hanya publik sepak bola Indonesia, dalam keadaan sudah unggul 0-6. Saat penjaga gawang Brunai akan menendang bola, ada pemain yang bodoh sekali, pakai acara menghalangi kiper menendang. Pemain itu pakai ban kapten lagi. Jelas, wasit yang berdiri tidak jauh, langsung melayangkan kartu kuning. Apa yang ada dipikiran dan hati.pemain ini?
Bila STy mau membongkar kelemahan semuanya, tentu akan benderang mengapa selama ini sepak bola Indonesia terpuruk. Sebagai pelatih kelas dunia, dengan kompetensinya. Lalu, mampu mengidentifikasi kelemahan TIPS yang lengkap, nyatanya STy mampu memberikan prestasi sepak bola Indonesia yang lebih besar dari sekadar tropi. Kita semua sudah merasakannya.
Pertanyaannya, apa yang akan dilakukan oleh PSSI, sebab kini sudah teridentifikasi pemain Timnas lemah TIPS. Apa akan tetap membiarkan wadah sepak bola akar rumput tidak jelas fungsi dan kedudukannya? Tetap pura-pura buta dan tuli?
Lemahnya TIPS pemain Timnas, adalah buah dari diabaikannya wadah sepak bola akar rumput tidak di sentuh dengan benar. Apakah membuat pemain cerdas otak dan cerdas hati, bisa diampu oleh para pelatih/pembina yang yang tidak memiliki kompetensi pendidik atau kompetensi lain?
Lihat, sekolah formal yang diampu oleh para pendidik yang sesuai bidang, sesuai keahlian, memiliki kualifikasi, dan kompetensi saja, hingga saat ini, pendidikan Indonesia masih tercecer.
Kalau PSSI tidak pernah mendatangkan STy, maka lemahnya TIPS ini pasti tidak akan pernah dibongkar. Mengapa? Jawabnya panjang. Nanti saya ulas di artikel lain.
Pesan untuk Bima dan akar rumput