Sebelum turnamen berlangsung, saya berkesempatan menulis artikel pertama tentang kehadiran Futsal di Indonesia dengan judul Selamat Datang Futsal, dalam tabloid olahraga GO. (2001).
Inspirasi dan keteladanan berikutnya, saat Mei 2010, ProArena juga berinisiatif memberikan penghargaan kepada 10 pendiri dan pembina SSB di Jabodetabek yang dapat mengelola SSB dan bertahan dalam hujan dan panas lebih dari 10 tahun. Saat itu, pendiri dan pemilik SSB Sukmajaya menjadi satu di antara 10 Pendiri dan Pembina SSB yang tahan banting dengan ganjaran penghargaan Youth Soccer Award 2010.
Realistis dan optimis
Ditiadakannya KSN 2023, adalah bentuk dari sikap realistis. KSN bukan ajang untuk sebuah kepentingan. Bukan ajang mencari keuntungan, uang/makan. Tetapi ajang untuk mengapresiasi dan menghargai para pejuang sepak bola akar rumput yang memang pantas dihargai. Karena sejak wadah sepak bola akar rumput digaungkan tahun 1999, hingga saat ini, jangankan PSSI menghargai wadah sepak bola akar rumput, membuat regulasi fungsi dan kedudukan Sekolah Sepak Bola (SSB) di ranah PSSI saja belum pernah.
Malah membiarkan SSB menjamur. Membiarkan nama selain SSB muncul. Ada Diklat, ada Akademi, dan lainnya. Semua pun dibiarkan tanpa arah. Tetapi hasil dari pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang tanpa arah dari PSSI, tinggal dipetik oleh Klub dan Timnas. Bukan saja gratisan. Malah demi masuk Klub saja, siswa/peserta didik malah harus merogoh kocek puluhan juta rupiah.
KSN 2023 ditiadakan karena kuota peserta tidak memenuhi standar teknis dan nonteknis penyelenggaraan KSN yang sudah diprogramkan. Itulah, sikap realistis. Tidak memaksakan diri. Sebab, pondasinya mengapresiasi dan menghargai. Tetap optimis, KSN berikutnya akan dapat digelar. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H