Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tebar Ikaga, Sebuah Alternatif Cara Berbakti kepada Almamaternya, untuk Pendidikan di Indonesia

27 September 2023   10:38 Diperbarui: 27 September 2023   19:02 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Setiap institusi pendidikan dapat dikatakan berhasil mencerdaskan intelektual, sosial, emosional, analisis, kreatif-imajintif, dan iman (ISEAKI) peserta didiknya, indikatornya adalah adanya alumni yang tahu diri, mau meluangkan waktu untuk acara reuni, peduli terhadap kegiatan reuni, tahu cara membalas budi, tahu caranya berterima kasih, tahu caranya berbakti kepada almamaternya, karena cerdas berbudi dan rendah hati.

(Supartono JW.27092023) Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan sastra. Pengamat sepak bola nasional

Kendati kehadiran media sosial (medsos), dunia digital, dunia maya, telah memudahkan manusia dapat saling berkomunikasi dan bertatap muka secara daring, pertemuan tatap muka secara langsung tetap lebih tinggi nilai humanioranya.

Mentalitas generasi digital bar-bar

Terlebih, sangat mudah ditemukan di dalam grup-grup media sosial, manusia-manusia dengan mentalitas generasi digital, karena tersembunyi di balik layar, berani tampil dan bicara tanpa etika, kasar, tanpa sopan santun, sok tahu, merasa yang paling hebat, merasa yang paling benar dan lainnya. Tak ubahnya sebagai manusia tidak beradab, manusia bar-bar.

Sampai detik ini, apakah pemerintah dapat menangani mentalitas generasi bar-bar itu? Apakah para manusia yang dibayar mengaduk-aduk pikiran dan hati manusia +62 sampai pada titik memecah belah bangsa, dengan produk kata dan kalimatnya di medsos terutama dalam urusan politik, ditangani? Faktanya, sepertinya yang manusia yang begitu itu, justru memang dibayar karena ada skenario dari pihak yang menugaskan. Mereka para penebar kisruh ini, sampai detik ini, masih aman dan nyaman hidup di bumi nusantara. Keren. Mereka terus meneladani manusia Indonesia lainnya, menjadi generasi mentalitas digital yang bar-bar.

Akibatnya, di dunia digital, tidak lagi nampak perbedaan, mana manusia-manusia yang sudah terdidik, mana manusia-manusia yang belum terdidik. Mana manusia yang memiliki kedudukan kekuasaan, jabatan. Dan mana manusia rakyat jelata yang terdidik dan tidak terdidik. Semuanya mudah sekali terbawa arus bar-bar, bahkan sampai masuk pada dunia grup media sosial, seperti grup reuni. Ini parah luar biasa. Pasalnya, setiap grup reuni, kini aktivitasnya begitu merajai di setiap smartphone anggotanya, sampai-sampai setiap pagi pun, ada saja anggota yang berkleuh kesah, smartphonenya kepenuhan data.

Kejadiannya, di grup reuni itu, banyak anggota yang tidak tahu kesantunan, apakah obrobalnnya pas disampaikan dalam grup, atau cukup dengan cara melalui jaringan pribadi (japri) yang tidak semua anggota grup harus terganggu. Smartphonennya tidak harus selalu kepenuhan data. Sikap ini pun sudah termasuk dalam kategori generasi digital yang bar-bar.

Reuni=budaya tatap muka, silaturhami, bermanfaat atau mudarat

Karenanya, meski grup-grup media sosial telah memberi kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi, bertemu, reuni, dan bertatap muka langsung, tetap menjadi pilihan bagi manusia untuk bersilaturahmi. Tidak bersembunyi di balik layar. Tidak selalu mengudara di dunia maya. Yang pastinya banyak menimblukan mudarat bagi anggota lainnya.

Reuni dengan bertetap muka, adalah salah satu pilihan yang tidak akan pernah lekang oleh waktu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reuni adalah pertemuan kembali (bekas teman sekolah, seperjuangan dan lain sebagainya) setelah berpisah cukup lama.

Reuni sudah menjadi budaya di Indonesia. Sebab salah satu sifat yang melekat pada pikiran dan hati orang Indonesia adalah suka berkumpul. Berkumpul bukan hanya untuk bernostalgia dengan teman lama, seperti teman sekolah, kampus atau lainnya, berkumpul yang kini identik meningkat menjadi reuni, nyatanya ada banyak manfaat yang bisa diambil.

Pertanyaannya, apakah semua hal berkumpul yang kini lebih mendarah daging dengan sebutan reuni, semua membawa kemaslahatan? Membawa manfaat, kegunaan, kebaikan, dan kepentingan? Atau  sebaliknya, reuni justru mendampak pada hal yang mudarat, tidak menguntungkan, merugikan karena mengabaikan maksud dan tujuan reuni yang benar dan baik?

Bila akhir dari kegiatan sebuah reuni mendampak kemaslahatan, maka reuni berhasil. Namun, usia reuni mendampak hal yang mudarat, maka reuni bisa dibilang gagal.
Coba kita simak pertanyaan berikut, yang sejatinya dapat menjawab maksud dan tujuan reuni yang benar dan baik:

(1) Apakah hasil reuni, pesertanya dapat merasakan kembali masa sekolah/kuliah/lainnya?

(2)  Apakah hasil reuni menambah erat silaturahmi?

(3)  Apakah hasil reuni bertambah koneksi pertemanan?

(4)  Apakah hasil reuni bertambah informasi dan jaringan silataturahmi?

(5)  Apakah hasil reuni mampu mengembalikan, mengangkat eksistensi individu?

(6)  Apakah hasil reuni membuat kesan negatif, karena lebih condong menjadi ajang pamer keberhasilan dan kemewahan?

(7)  Apakah hasil reuni membuat bahagia keluarga, teman, guru, dosen, dan lainnya?

(8)  Apakah hasil reuni terjadi "pemalakan" kepada yang sukses di kehidupan dunia?

(9)  Apakah hasil reuni ada CLBK? Cinta lama bersemi kembali?


Dari 9 pertanyaan itu, tentunya, peserta yang hadir dalam reuni dapat merasakan sendiri, sehingga dapat menjawab hasil reuni yang diikuti membawa maslahat atau mudarat.

Perlu diingat, bahwa reuni yang pelaksanaannya sesuai maksud dan tujuan dengan benar dan baik, indikator maksud dan tujuna itu ada pada 9 pertanyaan, maka reuni yang benar dan baik, akan mendampak pada dua hal, yaitu:

(1) Dapat membuat umur panjang. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kumpul-kumpul bersama teman, sahabat, akan menimbulkan rasa kegembiraan dapat membuat umur kita lebih panjang. Dalam penelitian itu membuktikan bahwa seseorang yang banyak dikelilingi oleh teman dan saudara kemungkinan meningggal lebih cepatnya berkurang 50 persen. Orang-orang yang memiliki kehidupan sosial seperti ini rata-rata hidupnya bertambah hingga 3,7 tahun. Penelitian di Brigham Young University dan University of North Carolina (UCLA), Amerika Serikat juga mengungkapkan bahwa teman dan keluarga yang selalu mendukung dapat membuat seseorang lebih terasa mudah dalam menghadapi masalah sehingga kebahagiaan selalu tercipta dan membantu seseorang mengurangi beban masalahnya.

(2) Menghilangkan stres dan depresi berat. Dukungan emosi yang didapatkan dari teman dan keluarga mampu meringankan beban dan masalah seseorang. Manfaat reuni alumni ini biasa menjadi tempat mencurahkan berbagai masalah sehingga mampu membuat seseorang merasa lebih bahagia. Beban dan masalah yang awalnya ia tanggung sendiri hingga membuat ia stres dan depresipun akhirnya berkurang bahkan hilang dan berubah menjadi sebuah keceriaan. Seorang professor medis Teresa Ellen juga menjelaskan, dukungan dan hubungan sosial seseorang mampu membuat tekanan darah, gula darah, metabolisme, dan stress hormonnya lebih stabil.

Bakti sosial=ujung tombak reuni

Kemudian, reuni yang benar dan baik, selalu ada momentum untuk bakti sosial. Bakti sosial ini pun wajib cerdas programnya. Jangan sampai setelah reuni, acara bakti sosial yang biasanya menjadi ujung tombak justru menjadi ajang pembicaraan anggota, karena bakti sosial program bakti sosial hanya mengakomodir usulan segelintir atau sekolompok anggota reuni.

Wajib dicatat, bakti itu maknanya: (a) Pernyataan tunduk dan hormat, (b) Perbuatan yang menyatakan setia (kasih, hormat, tunduk), (c) Memperhambakan diri. (d) Setia.

Sebab makna bakti yang demikian, maka bakti sosial menjadi ujung tombak dari acara reuni. Demi program ujung tombak ini terlaksana dengan benar dan baik, maka wajib dirancang, dirumuskan dengan cerdas, benar, dan baik. Sehingga setalah ditetapkan programnya apa saja, teknis pelaksanaannya bagaimana, maka tentu hasil program bakti sosial ini akan menjadi ajang kemaslahatan. Bukan sebaliknya ada anggota yang tidak senang, tidak puas, mencibir, dan sejenisnya. Karena program bakti sosial dijalankan tidak mengakomodir pikiran dan rasa anggota reuni. Bakti sosial dijalankan hanya dengan mengakomidir pikiran dan rasa segelintir atau sekolompok anggotanya. Dalam kesempatan ini, saya tidak harus menuliskan contoh bakti sosial dalam reuni yang sesuai 4 makna bakti tersebut.

Contoh reuni yang sudah benar dan baik

Bicara reuni yang dilaksanakan sesuai maksud dan tujuan yang benar dan baik, di Indonesia, baru saja dilaksanakan di sebuah sekolah di Purbalingga, Jawa Tengah. Reuni itu diberi judul Tebar Ikaga (Temu Akbar Alumni Ghanesa), Ghanesa adalah simbol atau lambang dari SMA Negeri 1 Purbalingga, Jawa Tengah.

Saya melihat, mengamati, Tebar Ikaga diproses dan dilaksanakan dengan benar dan baik. Tidak mudah mengakomodir 62 Angkatan yang sudah menjadi alumni SMA Negeri 1 Purbalingga. Namun, dengan segala kekurangan yang dapat diidentifikasi, saya simpulkan reuni itu dapat menjawab 9 pertanyaan yang menjadi indikator maksud dan tujuan sebuah reuni. Artinya, reuni dilaksanakan dengan hasil membawa kemaslahatan bagi semua yang terlibat di dalamnya.

Reuni itu juga mendampak pada dua hal yang positif. Insyaallah akan membuat anggota sehat dan berumur panjang. InsyaAllah membantu anggotanya daapat menghilangkan stres, atau yang mungkin sampai sedang mengalami depresi, reuni dapat menjadi pintu untuk sembuh. Aamiin.

Tebar Ikaga yang yang sudah dihelat sejak 22-24 September 2023, juga melaksanakan ujung tombak reuni, yaitu program bakti sosial seperti melakukan penghijauan, pembuatan tandon air, hingga perbuatan bakti kepada SMAN 1 Purbalingga. Segenap guru purna bakti pun menjadi sasaran dari ajang bakti. Ada program Jumat Berkah, Gowes Ganesha yang menyehatkan, Pameran Lukisan yang hasilnya disumbangkan, Malam Ramah Tamah, Ikaga Peduli Guru, Ikaga Sharing session, BTN Ikaga UMKM Fair, Workshop Cartoon, Donor Darah. Acara reuni Ikaga ini pun baru akan selesai pada Sabtu, 29 September 2023, yaitu Penghijauan lagi serta Peresmian Pembuatan Tandon Air di Pepedan Pangadegan, Purbalingga.

Reuni yang terprogram dengan benar dan baik ini, salah satu buktinya, semua acara dapat berjalan sesuai program, karena sponsor dan donatur yang mendukung, terutama atas bantuan dari semua alumni, reuni yang menghabiskan anggaran ratusan juta ini, dan digelar untuk pertama kali sejak 62 tahun yang lalu, saya sebut sukses.

Mustahil reuni dapat sukses, mampu menyerap anggaran yang besar untuk membiaya semua program yang digariskan, bila para penggawa panitia yang menggawangi sejak merancang, memprogram, hingga proses persiapan sampai pelaksanaan tidak di ampu oleh para alumni yang kompeten di bidangnya.

Catatan lainnya, selain reuni saya sebut sukses, saya juga melihat dan mengamati hal-hal terkait humaniora. Di luar kesuksesan acara reuni itu, seperti juga terjadi pada reuni-reuni pada umumnya, seperti saya sudah mengulas tentang generasi mentalitas digital, tetap saja ada anggota alumni yang sangat antusias hadir di setiap program acara, atau antusias hadir di acara utama, karena ingin menonjolkan keberhasilannya. Ada yang datang menunjukkan kehedonannya. Ada yang tetap rendah hati seperti di masa SMA, meski sangat berhasil. Ada yang sudah berhasil, dalam komunikasi dunia maya, dichat saja tidak direspon. Banyak alumni yang masih gagal, lalu minder hadir di acara reuni, Dan semua itu sangat manusiawi.

Nampak jelas, dalam reuni, ada anggota yang sudah selesai dengan dirinya, nampak berbudi pekerti luhur dan rendah hati. Ada anggota yang sekadar mau pamer keberhasilan dan lainnya. Semua kondisi itu, tentu dapat dirasakan oleh masing-masing anggota.

Namun, yang sangat bermaslahat dari acara reuni itu adalah selain menjadi ajang silaturahmi dan menunjukkan sikap berbakti, reuni Tebar Ikaga 2023, dapat dijadikan contoh alternatif, reuni alumni sekolah yang benar dan baik untuk Kota Purbalingga khususnya, dan untuk Indonesia pada umumnya.

Tebar Ikaga 2023 juga  sangat memotivasi seluruh peserta didik aktif  SMAN 1 Purbalingga. Dapat meneladani kakak-kakaknya, sehingga menjadi lebih giat belajar untuk menggapai kesuksesan. Dalam program Sharing Session, menarik saya ungkap, bahwa nara sumber yang sudah cukup berhasil dan menjadi "orang" memberikan kunci rahasia bahwa keberhasilan sesorang di dunia nyata, ternyata tidak selalu harus diukur oleh prestasi peserta didik semasa duduk di sekolah. Sebab, banyak alumni yang di sekolah berprestasi dan menonjol, banyak yang nasib kehidupannya tidak berbanding lurus dalam pencapaian kesuskesan di dunia nyata. Sebaliknya, banyak peserta didik yang biasa-biasa saja saat sekolah, tetapi kini berhasil, menjadi orang yang sukses, punya kedudukan dan jabatan menterang, pun tetap kaya hati dan rendah hati. Ada juga, alumni yang sukses, punya kedudukan dan jabatan penting, kaya harta, tetapi miskin hati. Sementara, alumni yang masih belum sukses, masih rendah diri untuk ikut hadir atau terlibat dalam setiap program reuni.

Itu semua sangat manusiawi. Tetapi, alumni yang tetap tahu diri, berbudi, santun, dan rendah hati, tentu akan menjadi pembicaraan dan teladan bukan saja oleh adik-adik peserta didik, juga menjadi teladan bagi sesama alumni.

Yang pasti, setiap institusi pendidikan dapat dikatakan berhasil mencerdaskan inteleltual, sosial, emosional, analisis, kreatif-imajintif, dan iman (ISEAKI) peserta didiknya, indikatornya adalah adanya alumni yang tahu diri, mau meluangkan waktu untuk acara reuni, peduli terhadap kegiatan reuni, tahu cara membalas budi, tahu caranya berterima kasih, tahu caranya berbakti kepada almamaternya, karena cerdas berbudi dan rendah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun