Berhasil dan gagal adalah konsekuensi pencapaian dari sebuah langkah. Akan selalu disyukuri oleh orang-orang yang cerdas otak dan hati, pondasinya cerdas Iman. Sebab, tahu cara menanam, merawat, memetik yang benar, halal, dan baik. Tahu ilmu mengukur diri, serta situasi, karena berproses sesuai aturan manusia dan pemilik alam. Membuat yang sulit menjadi mudah. Tahu malu, tahu diri, MEMBUMI, dan rendah hati terpatri di sanubari. Teraplikasi dalam tindakan kehidupan sehari-hari.Drs.Â
(Supartono, M.Pd. / Supartono JW.04092023)
Pengamat pendidikan Nasional dan sosial
Pengamat sepak bola nasional
Selama ini, masyarakat mengenal kata reboisasi yang dimaknai sebagai penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus, gundul). Apalagi kini, situasi beberapa wilayah +62 sedang polusi.
Tapi mengapa, tidak ada istilah untuk penanaman kembali karakter rendah hati pada manusia Indonesia yang bahkan situasinya lebih tandus dan gundul dari hutan? Akibat dari pendidikan yang masih tercecer dan miskinnya keteladanan kerendahan hati di bumi pertiwi ini. Lihatlah, negeri yang kaya hutan, malah kini sedang di landa polusi udara di beberapa wilayahnya. Akibat ulah siapa?
Bahkan karakter rendah hati yang seharusnya ditunjukkan oleh para elite negeri dan para pemimpin negeri, justru semakin ke sini, malah lebih banyak aksi yang jauh panggang dari api. Terlebih semakin dekatnya tahun politik. Skenario dan drama terus melintas, seolah negeri ini benar-benar hanya milik mereka.
Beberapa indikator yang masif dan konsisten dilakukan adalah perbuatan korupsi, nepotiseme, kolusi, politik dinasti, oligarki, hingga sulitnya melepaskan diri dari jerat cukong yang memodali segala sesuatu.
Akhirnya, manusia yang seharusnya menjadi wakilnya rakyat, mustahil amanah. Sebab, mereka dikejar-kejar beban yang diciptakan dan dibuat sendiri.
Lalu hidup dengan tidak normal, tidak wajar, kamuflase, bertopeng, tapi harus nampak hedon dan terpandang. Padahal hidupnya hanya numpang dari uang rakyat dan fasilitas negara. Takut kehilangan yang bukan milik. Takut kehilangan kekuasaan, jabatan, kedudukan.
Adakah tandus dan gundulnya kerendahan hati mereka dibuat program reboisasi agar sikap sombong, jemawa, angkuh, congkak, dan pongah menjadi hijau kembali?
Akibat ambisi dan tuntutan yang mereka citakan sendiri, karakter brangasan justru diteladani oleh rakyat jelata sampai mendarah daging. Brangasan adalah sifat yang sudah menjadi sikap leseharian, mudah sekali naik darah dan gemar berkelahi, ganas, dan kasar. Lihatlah contohnya dalam kehidupan di jalan raya.
Itu semua, karena kegagalan manusia dalam menanam dan merawat kerendahan hati pada dirinya. Membiarkan dirinya tetap tandus dan gundul dari karakter rendah hati.
Rendah hati, percaya diri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rendah hati adalah hal (sifat) tidak sombong atau tidak angkuh. Sombong memiliki arti menghargai diri secara berlebihan, meninggikan diri, congkak, dan pongah. Sombong memiliki konotasi negatif yang dihubungkan dengan tabiat seseorang yang buruk. Orang sombong bisa menyombongkan berbagai hal yang ia pikir lebih ia miliki dibandingkan orang lainnya.
Jemawa diartikan sebagai angkuh, congkak, dan suka mencampuri urusan orang lain. Angkuh sendiri merupakan sifat suka memandang rendah kepada orang lain, sombong, dan congkak.
Congkak maknanya merasa dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia (pandai, kaya, dan sebagainya); sombong; pongah; angkuh.
Pongah yaitu sangat sombong atau angkuh (baik perbuatan maupun perkataan).
Tahu dan memahami apa itu rendah hati. Tahu tidak rendah hati itu sikap dan perbuatan yang seperti apa, dalam praktik kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari perilaku manusia yang nampak percaya diri.
Namun, dari cara dan wujudnya, maka sikap percaya diri seseorang itu pun akan langsung dapat dipahami, percaya diri yang rendah hati? Atau percaya diri yang sombong, jewama, congkak, pongah.
Percaya diri adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan dan kelebihan dirinya sendiri dalam memenuhi semua harapannya.
Nah, sesuai definisinya, maka setiap dari kita, tentu akan sangat mudah mengidentifikasi orang yang percaya diri karena rendah hati atau karena sombong, jemawa.
Apalagi bila kita tahu persis latar belakang kehidupan orang yang sok percaya diri karena hanya sombong dan jemawa.
Pasalnya, masyarakat adalah saksi dari setiap tingkah laku setiap manusia. Orang yang dicap masyarakat sebagai manusia yang memiliki budi pekerti atau moral yang benar dan baik, itu berdasarkan fakta kehudupannya, bukan sekadar sok ngaku-ngaku.
Orang yang rendah hati senantiasa sadar akan keterbatasan dan kemampuan dalam diri sehingga selalu jauh dari sifat sombong dan jemawa.
Sikap rendah hati, menjadi salah satu indikator dari tingginya kecerdasan spiritual dari seseorang. Tanda dari seseorang memiliki sikap rendah hati, disaat dirinya semakin bertambah ilmu, maka bertambah pula sikap rendah hatinya atau tawadhu dan kasih sayang.
Seseorang yang memiliki sikap rendah hati akan banyak mendatangkan manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Sebab, kehidupan orang rendah hati akan terbebas dari rasa kegelisahan dan selalu merasa tenang.
Jika seseorang memiliki sikap tersebut, maka dirinya sudah terbebas dari rasa untuk membanggakan diri atau melebihkan diri sendiri.
Dalam Islam, arti rendah hati dikenal dengan istilah tawadhu. Bahkan Rasulullah SAW juga telah menerapkan sikap tawadhu bagi umat Islam. Maka dari itu, sebagai seorang muslim hendaknya memiliki sifat dan sikap rendah hati. Hal ini tentunya akan membawa kemaslahatan bagi diri sendiri dan orang lain.
Pengaruh benar dan baik
Rendah hati dalam diri seseorang akan membawa pengaruh yang benar dan baik bagi orang lain. Pengaruhnya di antaranya:
(1) Hidupnya menjadi lebih tenang, karena orang yang rendah hati akan memahami bahwa tidak ada sesuatu hal di dunia ini yang bisa di kontrol karena semua milik Allah. Sehingga akan menjalankan kehidupannya dengan tenang dan damai.
(2) Memiliki kemampuan untuk mengontrol diri sendiri. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki sikap rendah hati cenderung mengetahui batasan dalam diri dan memiliki kemampuan untuk mengontrol serta membatasi diri ketika sedang melakukan sesuatu.
(3) Dapat mengurangi prasangka terhadap orang lain. Pasalnya, setiap manusia pasti akan selalu berprasangka, namun jika memiliki sikap rendah hati, kamu akan menyadari segala sesuatu hal memiliki alasan sehingga merasa bahwa prasangka itu tidak diperlukan.
(4) Mempererat hubungan dengan orang lain. Orang yang memiliki sikap rendah hati akan memperlakukan orang lain dengan baik, sehingga mereka akan mendapatkan timbal balik berupa hubungan erat dengan orang disekitarnya.
(5) Dapat memimpin dengan baik. Sifat rendah hati membuat seseorang menjadi tidak egois, mau mendengarkan, bisa menerima kritik, dan siap bertanggung jawab. Sifat tersebut merupakan kualitas yang dimiliki oleh banyak pemimpin hebat.
Apakah saya termasuk orang yang rendah hati? Coba cek dan ricek ciri-ciri orang yang rendah hati berikut dengan pertanyaan: Apakah saya ...
a. Memiliki sifat dan karakter penolong dan mendahulukan kepentingan orang lain?
b. Selalu mengucapkan terima kasih ketika menerima dan mendapatkan bantuan dari orang lain.
c. Tidak egois dan mementingkan diri sendiri?
d. Menjadikan keberhasilan orang lain sebagai motivasi?
e. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara? Tidak memotong pembicaraan orang lain, mendengarkan dengan cara seksama dan menunjukkan ketertarikan akan topik yang sedang dibahas?
f. Mampu mengendalikan emosinya dengan bijak?
g. Lebih mudah menerima kritikan dan masukkan orang lain?
h. Tidak membeda-bedakan orang lain berdasarkan jabatan, golongan, dan lainnya?
i. Lebih senang tidak dikenal daripada terkenal?
j. Bersedia menerima kebenaran dari siapa pun asalnya baik dari kalangan orang terpandang maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya?
k. Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka?
l. Â Bersedia mengurusi dan menunaikan kepentingan orang lain dengan sebaik mungkin?
m. Berterima kasih kepada orang-orang yang telah menunaikan hak yang dibebankan atas mereka, sementara memaafkan mereka yang melalaikannya?
n. Mendahulukan orang lain, memprioritaskan orang lain dalam bertindak, untuk menunjukkan kepedulian dan menolong sesama?
Apakah dari indikator-indikator tersebut, saya sudah termasuk orang yang rendah hati? Yang programnya langka?
Tanpa perlu ada PROGRAM REBOISASI RENDAH HATI, dari Pemerintah, atau yang lainnya, mungkin ... , semoga saya terus dapat belajar dan memperbaiki diri untuk menjadi orang yang rendah hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI