Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pintar dan Cerdas Itu, Obat Sakit Sok Tahu

29 Agustus 2023   19:39 Diperbarui: 29 Agustus 2023   19:40 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Bila lingkungan dipenuhi orang-orang yang tahu caranya berterima kasih, tahu caranya meminta tolong dan menolong, tahu cara memaafkan dan meminta maaf akan penuh pikiran positif, energi positif, sebab tabiat mereka selalu menjadi gelas kosong, mau terus belajar, mau mendengar, berbesar hati, rendah hati. Pondasinya kepintaran dan kecerdasan yang diaplikasikan secara benar dan baik di kehidupan nyata. Menghasilkan hal yang produktif dari perbuatan kreatif dan inovatif. 

(Supartono JW.29082023)

Pintar itu pandai; cakap; cerdik; banyak akal; mahir. Sementara cerdas adalah
sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran.

Di sisi lain, orang yang tidak pintar dan tidak cerdas, dalam kehidupan nyata justru berperilaku sok pintar dan sok cerdas, alias sok tahu.

Dalam praktik kehidupan keseharian, terlebih sejak hadirnya media sosial (medsos) berbagai rupa, orang yang pintar dan cerdas, dalam perilaku serta aktivitasnya di dalam medsos,  akan  teliti dan hati-hati, misalnya dalam berbagi informasi. Berbeda dengan orang yang sok tahu,  suka mengarang dalam berbagi informasi yang diberikan.

Sejatinya setiap dari kita, terlebih yang sudah berproses melalui drama kehidupan nyata, di semua lini kehidupan, tentu sudah dapat mengoreksi dan menilai diri sendiri. 

Apakah selama ini, sudah menjadi golongan manusia yang memiliki kompetensi pintar dan cerdas di bidang kehidupan umumnya, dan bidang yang ditekuni khususnya. Atau sebaliknya masih termasuk golongan manusia yang hanya sekadar sok tahu, karena tidak menjadi gelas kosong. Tidak mau menjadi pendengar. Tidak pernah "membaca", tidak mau belajar. Tetapi banyak bicara dan banyak gaya.

Karena itu, untuk selalu mengingatkan diri sendiri, apakah saya, kita sudah menjadi orang pintar dan cerdas atau masih di taraf sok tahu, saya baca dan kutip dari berbagai literasi serta pengalaman nyata, berikut dapat dijadikan tolok ukur untuk menilainya bahwa orang pintar dan cerdas yang dalam praktik kehidupan diaplikasikan dengan benar dan baik adalah orang yang:

(1) Pandai, cakap, cerdik, banyak akal, dan mahir dalam segala hal atau dalam hal tertentu sesuai bidang yang ditekuni baik secara otodidak mau pun akademis.

(2) Tajam pikiran dan akal budinya dalam segala hal. Tidak licik, tetapi amanah saat diberikan kepercayaan.

(3) Kreatif dan inovatif dalam segala hal atau hal tertentu, menjadi inspirasi orang lain. Tidak takut hasil kreativitas dan inovasinya (dalam bentuk karya) dijiplak dan ditiru atau diakui orang lain. Sebab, kreativitas dan inovasi yang tersimoan dalam kepintaran dan kecerdasannya bak mata air.

(4) Kata-kata dan sikap perbuatannya selaras, dapat dipegang, dapat dipercaya, dapat dijadikan panutan dan teladan. Sebab tidak berdasarkan opini, tetapi berdasar fakta, data, dan teori.

(5) Percaya diri dan konsisten dalam segala hal, cepat beradaptasi, memiliki kemampuan menempatkan diri dalam berbagai situasi 

(6) Menyesuaikan diri dalam komunikasi verbal dan nonverbal sesuai situasi, kondisi, kompetensi lawan bicara atau audien.

(7) Menunjukkan jati dirinya berdasarkan kualifikasi akademis mau pun nonakademis, berdasarkan profesionalisme dan kompetensi sesuai bidangnya untuk kepentingan berbagi.

Bila berbagi informasi dan lainnya, bukan untuk pamer. Tetapi untuk menyebarkan hal yang benar dan baik. Yang maslahat bagi umat manusia. Bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok atau golongannya.

(9) Sikap kesehariannya, di tengah masyarakat bak ilmu padi yang makin berisi, makin merunduk, rendah hati.

(10) Tidak menggurui. Tetap merasa masih kurang dan harus terus berbenah diri. Masih menjadi gelas kosong. Masih terus belajar: membaca dan mendengarkan.

(11) Tidak sok tahu sebelum ditanya. Dalam bersosialisasi baru menjawab bila ada yang bertanya. Jauh dari perbuatan ikut campur atau gemar memberi tahu orang lain tanpa ditanya biar dianggap hebat.

(12) Tidak ngeyel, tidak ngotot. Orang yang sok tahu cenderung memilih untuk menyelamatkan atau membela diri sendiri, ia tidak mau terlihat jelek, kurang atau pun salah di mata orang lain. Sementara orang pintar dan cerdas akan memilih untuk mengakui jika ada salah atau informasi yang diberikan belum tentu sepenuhnya benar. Ia juga akan mempertanggung jawabkan kesalahan yang ia perbuat.

(13) Tidak menjatuhkan orang lain. Orang yang sok tahu akan fokus pada upaya penonjolan dirinya di hadapan orang lain, bahkan untuk mendapatkan perhatian, mereka tak segan untuk menjatuhkan orang lain. Sementara orang pintar dan cerdas akan memilih untuk tidak pamer akan kelebihannya dan fokus memperbaiki dirinya dengan membersihkan jiwa serta mengubah perilaku yang kurang berkenan di hati orang lain.

(14) Pandai bersyukur, suka mengawali pembicaraan dengan mohon maaf, kata-kata minta tolong, dan mengakhiri pembicaraan/perbuatan dengan ucapan terima kasih.

Masih banyak karakter, sikap, dan perbuatan yang menandakan seseorang itu pintar dan cerdas di jalan yang benar dan baik. Namun, dari 14 indikator tersebut, minimal dapat untuk membuat diri saya, kita, merefleksi diri, apakah sudah termasuk.golongan orang yang pintar dan cerdas dan menjalankan di jalan yang benar dan baik? Atau masih dalam level orang yang sok tahu.

Pasalnya, orang yang sok tahu akan berusaha keras untuk membuat dirinya terlihat pintar dan cerdas di mata orang. Terutama dalam keseharian, kata-kata, sikap, dan perbuatannya akan bertolak belakang dengan 14 indikator.orang yang pintar dan cerdas di jalan yang benar dan baik.

Yah, bila lingkungan dipenuhi orang-orang yang tahu caranya berterima kasih, tahu caranya meminta tolong dan menolong, tahu cara memaafkan dan meminta maaf akan penuh pikiran positif, energi positif, sebab tabiat mereka selalu menjadi gelas kosong, mau terus belajar, mau mendengar, berbesar hati, rendah hati. Pondasinya kepintaran dan kecerdasan yang diaplikasikan secara benar dan baik di kehidupan nyata. Menghasilkan hal yang produktif dari perbuatan kreatif dan inovatif. 

Bukan menjadi manusia sok tahu, sombong, merasa hebat, padahal tidak pintar dan tidak cerdas. Jadi, pintar dan cerdas adalah obat untuk menyembuhkan orang yang sakit sok  tahu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun