Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memetik Pelajaran dari Piala AFF U-23 2023

28 Agustus 2023   14:54 Diperbarui: 28 Agustus 2023   15:01 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Klub, pelatih, dan pemain cari makan di Indonesia, tetapi menolak atau melarang pemain bergabung dengan Timnas Indonesia. Dengan begitu, gampangnya, larang mereka cari makan di Indonesia. Inilah yang membuat saya tertawa geli. 

Tertawa geli saya, dasarnya karena sedih, prihatin, melihat manusia-manusia yang sok profesional, tapi tidak memiliki militansi terhadap Republik ini. 

Biasanya, orang-orang yang profesional dan tahu aturan, dengan pondasi cetdas intelegensi dan personality. Kaya pikiran dan kaya hati, akan sangat menghargai dan membela sepenuh jiwa dan raganya untuk kepentingan bangsa dan negara. Tetapi, dalam kasus Timnas Indonesia U-23 ini, yang seperti aroma bau kentut di ruang berAC, mereka yang menjadi sumber dan biang masalah, hanya segelintir orang-orang yang sok profesional. Sok tahu aturan, tapi tidak sadar diri sedang mencari makan di mana.

Piala AFF tetap gengsi negara

Wahai orang-orang yang sok profesional dan sok tahu aturan. Tetapi tidak ada rasa militansi, rasa memiliki, dan mau mengabdi untuk bangsa dan negara, pahami bahwa Piala AFF tetap sebuah gengsi bagi negara-negara Asia Tenggara. Lihat, bagaimana peta prestasi Timnas Indonesia di dalamnya. Selalu hanya ada di bawah bayang-bayang Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Lihat, meski mampu menekuk Thailand, tetapi sebelumnya dipecundangi Malaysia. Dan, akhirnya disingkirkan Vietnam.

Apa pun alasannya, karena Timnas Indonesia U-23 tidak turun dengan materi terbaik yang sudah lebih siap dan dapat diandalkan.

Namun, karena ulah orang-orang yang sok profesional dan sok tahu aturan, tetapi tidak punya militansi, rasa memiliki, maka STy dan pasukan Garuda pelapis, harus belajar dulu dalam ajang Piala AFF.

Di laga fase grup pertama versus Malaysia harus menerima kekalahan dari Malaysia yang sejatinya tidak lebih bagus dari Pasukan dadakan yang dibesut STy. 

Di laga fase grup kedua, juga harus belajar lagi, meski yang dihadapi hanya tim sekelas Timor Leste. Bahkan hanya mampu menang sebiji gol.

Baru, di laga ketiga, fase gugur/semi final, STy menemukan komposisi terbaik dari hasil dua kali belajar vs Malaysia dan Timor Leste.

Tidak tanggung-tanggung, pasukan Timnas Indonesia U-23 yang sebagian diisi pemain pelapis, mampu membayar kepercayaan STy, bahkan menggasak tuan rumah dengan skor telak 1-3. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun