Bagi rakyat jelata, jangankan uang ratusan ribu, jutaan, miliaran, sampai triliun. Uang puluhan ribu atau ribuan saja sangat berarti demi sesuap nasi.
Jadi, saat partai politik dan para aktornya yang kini duduk di pemerintahan dan parlemen (pusat sampai daerah), memainkan sandiwara dengan ujung tombak main uang recehan dan bantuan sembako, maka siapa pun yang melakukan, karena rakyat butuh dan sangat membutuhkan. Pasti diambil dan diterima.
Buntutnya, rakyat pun disentil untuk menjadi orang yang pandai membalas budi. Lalu, mencoblos gambar aktor yang sudah berbagi recehan dan sembako, yang bisa jadi anggarannya dari hasil utang atau dimodali atau korupsi. Tidak peduli. Terpenting, saat Pilkada atau pun Pemilu, rakyat membalas dengan mencoblos gambarnya.
Sudah berapa lama kira-kira, praktik ini terjadi di +62? Sandiwara hanya dengan uang recehan dan paket sembako yang tidak seberapa, tapi rakyat dijebak dengan rasa balas budi?Â
Tahun 2024, partai.politik yang sudah kehilangan kepercayaan rakyat, tetap tidak akan sulit, untuk mengambil hati rakyat jelata kembali. Sebab, dengan skenario.yang sama, rakyat jelata pun akan kembali dijebak dan terjebak pada perasaan balas budi. Perasaan tidak enak. Bahkan, sosok yang dianggap telah membantunya adalah pahlawan.
Kehidupan nyata
Berbeda dengan dunia politik yang penuh dengan sandiwara dan intrik, yang dipahami masyarakat sebagai dunia yang penuh dengan kebohongan, membohongi, Â kepentingan, sampai kolusi, korupsi, dan nepotiseme, di dunia nyata, kepercayaan ibarat nyawa. Bila nyawa hilang, kepercayaan pun melayang.
Bersyukurlah bila diri saya, diri kita, masih mendapat kepercayaan dari orang yang saya, kita sayang. Dari lingkungan keluarga, saudara, teman, sahabat, lingkungan masyarakat. Lingkungan perkumpulan/kekeluargaan di kegiatan sosial, olah raga dll. Lingkungan sekolah/kuliah. Lingkungan kerja, dan lainnya.
Sebab, saya, kita, dapat amanah menjaga dan merawat kepsrcayaan yang sudah diberikan dalam berbagai hal. Tanpa berbekal kepercayaan, orang yang kaya pikiran dan kaya hati, tentu tidak akan mengambil keputusan dan bertindak untuk percaya kepada orang lain, pihak lain.
Karenanya, saat seseorang sudah percaya dan memberikan kepercayaan kepada seseorang atau siapa pun, tentu akan yakin dalam mengambil keputusan dan tindakan, untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu kepada orang yang sudah dipercaya.
Semisal, memberikan tugas atau jabatan. Memberikan pekerjaan, memberikan bantuan, memberikan beasiswa, mempromosikan, memberi pinjaman, Â sampai menyerahkan sesuatu yang bahkan sangat berharga, dititipkan kepada orang yang dipercaya untuk menjaga dan merawatnya.