Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merawat Kepercayaan dengan Kejujuran

31 Juli 2023   19:31 Diperbarui: 31 Juli 2023   19:41 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Bagi rakyat jelata, jangankan uang ratusan ribu, jutaan, miliaran, sampai triliun. Uang puluhan ribu atau ribuan saja sangat berarti demi sesuap nasi.

Jadi, saat partai politik dan para aktornya yang kini duduk di pemerintahan dan parlemen (pusat sampai daerah), memainkan sandiwara dengan ujung tombak main uang recehan dan bantuan sembako, maka siapa pun yang melakukan, karena rakyat butuh dan sangat membutuhkan. Pasti diambil dan diterima.

Buntutnya, rakyat pun disentil untuk menjadi orang yang pandai membalas budi. Lalu, mencoblos gambar aktor yang sudah berbagi recehan dan sembako, yang bisa jadi anggarannya dari hasil utang atau dimodali atau korupsi. Tidak peduli. Terpenting, saat Pilkada atau pun Pemilu, rakyat membalas dengan mencoblos gambarnya.

Sudah berapa lama kira-kira, praktik ini terjadi di +62? Sandiwara hanya dengan uang recehan dan paket sembako yang tidak seberapa, tapi rakyat dijebak dengan rasa balas budi? 

Tahun 2024, partai.politik yang sudah kehilangan kepercayaan rakyat, tetap tidak akan sulit, untuk mengambil hati rakyat jelata kembali. Sebab, dengan skenario.yang sama, rakyat jelata pun akan kembali dijebak dan terjebak pada perasaan balas budi. Perasaan tidak enak. Bahkan, sosok yang dianggap telah membantunya adalah pahlawan.

Kehidupan nyata

Berbeda dengan dunia politik yang penuh dengan sandiwara dan intrik, yang dipahami masyarakat sebagai dunia yang penuh dengan kebohongan, membohongi,  kepentingan, sampai kolusi, korupsi, dan nepotiseme, di dunia nyata, kepercayaan ibarat nyawa. Bila nyawa hilang, kepercayaan pun melayang.

Bersyukurlah bila diri saya, diri kita, masih mendapat kepercayaan dari orang yang saya, kita sayang. Dari lingkungan keluarga, saudara, teman, sahabat, lingkungan masyarakat. Lingkungan perkumpulan/kekeluargaan di kegiatan sosial, olah raga dll. Lingkungan sekolah/kuliah. Lingkungan kerja, dan lainnya.

Sebab, saya, kita, dapat amanah menjaga dan merawat kepsrcayaan yang sudah diberikan dalam berbagai hal. Tanpa berbekal kepercayaan, orang yang kaya pikiran dan kaya hati, tentu tidak akan mengambil keputusan dan bertindak untuk percaya kepada orang lain, pihak lain.

Karenanya, saat seseorang sudah percaya dan memberikan kepercayaan kepada seseorang atau siapa pun, tentu akan yakin dalam mengambil keputusan dan tindakan, untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu kepada orang yang sudah dipercaya.

Semisal, memberikan tugas atau jabatan. Memberikan pekerjaan, memberikan bantuan, memberikan beasiswa, mempromosikan, memberi pinjaman,  sampai menyerahkan sesuatu yang bahkan sangat berharga, dititipkan kepada orang yang dipercaya untuk menjaga dan merawatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun