Orang yang benar dekat dan menghargai kita, tidak akan pernah hilang inisiatifnya dalam berkomunikasi menjaga silaturahmi. Sikapnya sama-sama saling dibutuhkan atau membutuhkan. Sebab banyak akal (resourceful), pondasinya cerdas iman, intelegensi, dan personality, memiliki kesadaran diri menggunakan pikirannya untuk selalu berbuat inisiatif.
(Supartono JW.29072023)
Kesal tidak sih? Kerja, pikiran, tenaga, sudah ke luar. Keringat sudah kering, upah/honor belum dibayar? Siapa yang seharusnya inisiatif? Apa yang diminta bekerja? Atau yang memberi pekerjaan?
Kesal tidak sih? Katanya saling membutuhkan, saling sayang, saling percaya, mau membantu, Â tetapi sangat terbatas usaha untuk membuka komunikasi. Tidak pernah lahir inisiatif membuka komunikasi?
Kesal tidak sih? Sama-sama dalam satu rumah/kelompok olah raga/RT/RW, tetapi menyoal sampah dll tidak ada yang inisiatif memulai membantu membersihkan?
Kesal tidak sih? BuzerRp masih berseliweran setiap detik ngetwitt, tetapi yang seharusnya menertibkan, malah seolah tidak nampak inisiatifnya untuk membasmi buzzer?Â
Kesal tidak sih? Menemukan berbagai persoalan yang jauh dari sentuhan inisiatif orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Seharusnya, jawabnya kesal. Tetapi, pemimpin di negeri ini, nampaknya tidak kesal karena rakyat Indonesia masih miskin inisiatif karena terpuruknya pendidikan di rumah dan sekolah/rumah.
Bila saya, kita merasa lebih hebat, lebih pintar, lebih mampu, lebih superior, lebih tinggi martabatnya, sombong, dll. Biasanya sikap inisiatif akan jauh dari diri saya atau diri kita. Akan berposisi sebagai orang yang dibutuhkan. Sehingga, untuk berbuat inisiatlf dalam komunikasi atau sikap yang familiar, akan jauh panggang dari api.
Mengapa dalam kehidupan nyata, sikap yang demikian justru semakin mengakar dan mendarah daging? Miskinnya keteladanan dan kegagalan pendidikan karakter adalah di antara penyebabnya.
Akibatnya, karakter tidak inisiatif malah tambah membudaya. Tambah mengakar di berbagai situasi, kondisi, dan lingkungan.Â
Apakah di rumah/di lingkungan keluarga/di sekolah/di kuliah/di tempat kerja/tempat hobi/lingkungan masyarakat, dll, saya termasuk orang yang memiliki kemampuan inisiatif?Â
Jawabnya, ada pada diri saya sendiri sebagai pelakunya, yang dapat menilai diri. Namun, dewan jurinya adalah orang lain, yang selalu bersinggungan dengan diri saya di semua lini kehidupan. Tentunya saat saya terlibat atau dilibatkan di dalamnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inisiatif adalah membuat langkah pertama dalam mengusahakan sesuatu. Dengan kata lain, inisiatif adalah bentuk kesadaran diri dari individu yang berpikir bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya atau memenuhi suatu hal.
Sementara, menurut Youth Employment, kemampuan inisiatif adalah melakukan sesuatu atau bekerja tanpa harus diberi tahu terlebih dahulu apa yang harus dilakukan. Secara sederhana, seseorang dengan kemampuan ini sudah pasti banyak akal (resourceful).
Melakukan suatu hal yang tidak harus diberi tahu terlebih dahulu adalah sebuah kemampuan inisiatif. Umumnya kemampuan inisiatif dimiliki oleh seseorang yang mudah untuk memunculkan ide baru, dirinya mampu memandang dengan perspektif yang berbeda dibandingkan dengan orang lain.
Dalam hubungan keluarga
Coba perhatikan, misalnya dalam keluarga di rumah kita. Siapa yang sudah terkategori sebagai orang yang inisiatif? Apakah Ayah/Papa/Bapak? Apakah Ibu/Mama? Lalu, anak-anak, siapa yang terkategori memiliki kemampuan inisiatif?Â
Lantai kotor, wajib di sapu dan dipel. Kamar tidur, kamar mandi, garasi, teras, halaman rumah, dll kotor, harus dirapikan dan dibersihkan. Perkakas dapur, perkalas lain, hiasan, asesoris, alat makan kotor, wajib bersihkn, dicuci. Pakaian kotor, wajib dicuci dan disetrika. Sampah yang menumpuk, wajib dibuang ke tempat sampah.Â
Untuk urusan tersebut, bagi rumah tangga yang dibantu oleh asisten rumah tangga, maka biasanya, seisi rumah tidak akan ada budaya inisiatif. Tidak akan lahir anggota keluarga yang memiliki kemampuan inisiatif. Sebab terdidik dilayani. Meski tidak seluruh keluarga akan mengalami hal demikian.
Berbeda dengan keluarga yang tidak dibantu oleh asisten rumah tangga. Maka, semua anggota keluarga, dituntut memiliki kemampuan inisiatif, walau pun biasanya, malah ada pembagian tugas kerja di rumah yang terjadwal dan terprogram.
Dalam kenyataan, meski ada keluarga yang dibantu oleh asisten rumah tangga, tetap saja lahir sosok-sosok yang tetap memiliki kemampuan inisiatif. Tetapi dibandingkan sosok-sosok yang bergaya sebagai tuan dan nyonya, sosok yang inisiatif, sepertinya masih kalah banyak.
Di luar lingkungan keluarga
Selain sekolah/kuliah sebagai bangku pendidikan untuk membentuk karakter manusia Indonesia yang benar dan baik, berbudi pekerti luhur, santun, serta rendah hati, sejatinya lingkungan keluarga menjadi kawah candradimuka utama untuk terciptanya manusia Indonesia yang memiliki kemampuan inisiatif.
Sayang, baik lingkungan keluarga mau pun bangku sekolah/kuliah, tetap belum signifikan dalam melahirkan manusia-manusia Indonesia yang miskin inisiatif di segala lini. Akibatnya, bicara produk kreatif dan inovatif masih memprihatinkan.
Contoh miskinnya inisiatif
Mudah dilihat saat ada orang yang melihat sampah di jalan, di depan mata, hanya dilewati karena merasa bukan sampahnya. Tidak ada inisiatif, tidak peduli.
Ruang di kantor/kelas dll kotor, tidak rapi, tidak ada inisiatif memulai membantu membersihkan dan merapikan.
Istri tidak patuh kepada suami, suami tidak inisiatif memperbaiki sikap istri.
Direktur/Pimpinan sewenang-wenang, tidak ada yang inisiatif mengingatkan.
Pacar atau kekasih tidak berkabar, tidak menyapa, tidak komunikasi, tidak ada inisiatif memulai membuka komunukasi.
Ada masalah dengan teman/sahabat, tidak ada inisiatif memulai menyelesaikan masalah.
Ada persoalan dan kerumitan dalam pekerjaan, tidak ada yang inisiatif membantu membuat solusi. Dll.
Orang yang miskin inisiatif, sebab tidak banyak akal. Identik dengan pemalas. Tidak tahu diri. Tidak punya empati. Namun orang yang tidak mau inisiatif meski pintar, identik dengan sombong. Maunya dibutuhkan, dihargai.
Pertanyaannya, bila diberikan nilai antara 0-10, mulai dari rakyat jelata sampai kaum elite dan pemimpin bangsa di +62, kira-kira seluruh rakyatnya mendapat nilai berapa dalam hal inisiatif? Mendapat nilai berapa dalam hal kemampuan inisiatif.
Orang yang benar dekat dan menghargai kita, tidak akan pernah hilang inisiatifnya dalam berkomunikasi menjaga silaturahmi. Sikapnya sama-sama saling dibutuhkan atau membutuhkan. Sebab banyak akal (resourceful), pondasinya cerdas iman, intelegensi, dan personality, memiliki kesadaran diri menggunakan pikirannya untuk selalu berbuat inisiatif.
Jadi, orang yang inisiatif=peka=tahu diri=besar hati=rendah hati, karena cedas iman, pikiran, dan hati? Semoga. Aamiin.