Akibatnya, karakter tidak inisiatif malah tambah membudaya. Tambah mengakar di berbagai situasi, kondisi, dan lingkungan.Â
Apakah di rumah/di lingkungan keluarga/di sekolah/di kuliah/di tempat kerja/tempat hobi/lingkungan masyarakat, dll, saya termasuk orang yang memiliki kemampuan inisiatif?Â
Jawabnya, ada pada diri saya sendiri sebagai pelakunya, yang dapat menilai diri. Namun, dewan jurinya adalah orang lain, yang selalu bersinggungan dengan diri saya di semua lini kehidupan. Tentunya saat saya terlibat atau dilibatkan di dalamnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inisiatif adalah membuat langkah pertama dalam mengusahakan sesuatu. Dengan kata lain, inisiatif adalah bentuk kesadaran diri dari individu yang berpikir bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya atau memenuhi suatu hal.
Sementara, menurut Youth Employment, kemampuan inisiatif adalah melakukan sesuatu atau bekerja tanpa harus diberi tahu terlebih dahulu apa yang harus dilakukan. Secara sederhana, seseorang dengan kemampuan ini sudah pasti banyak akal (resourceful).
Melakukan suatu hal yang tidak harus diberi tahu terlebih dahulu adalah sebuah kemampuan inisiatif. Umumnya kemampuan inisiatif dimiliki oleh seseorang yang mudah untuk memunculkan ide baru, dirinya mampu memandang dengan perspektif yang berbeda dibandingkan dengan orang lain.
Dalam hubungan keluarga
Coba perhatikan, misalnya dalam keluarga di rumah kita. Siapa yang sudah terkategori sebagai orang yang inisiatif? Apakah Ayah/Papa/Bapak? Apakah Ibu/Mama? Lalu, anak-anak, siapa yang terkategori memiliki kemampuan inisiatif?Â
Lantai kotor, wajib di sapu dan dipel. Kamar tidur, kamar mandi, garasi, teras, halaman rumah, dll kotor, harus dirapikan dan dibersihkan. Perkakas dapur, perkalas lain, hiasan, asesoris, alat makan kotor, wajib bersihkn, dicuci. Pakaian kotor, wajib dicuci dan disetrika. Sampah yang menumpuk, wajib dibuang ke tempat sampah.Â
Untuk urusan tersebut, bagi rumah tangga yang dibantu oleh asisten rumah tangga, maka biasanya, seisi rumah tidak akan ada budaya inisiatif. Tidak akan lahir anggota keluarga yang memiliki kemampuan inisiatif. Sebab terdidik dilayani. Meski tidak seluruh keluarga akan mengalami hal demikian.
Berbeda dengan keluarga yang tidak dibantu oleh asisten rumah tangga. Maka, semua anggota keluarga, dituntut memiliki kemampuan inisiatif, walau pun biasanya, malah ada pembagian tugas kerja di rumah yang terjadwal dan terprogram.