Dalam kenyataan, meski ada keluarga yang dibantu oleh asisten rumah tangga, tetap saja lahir sosok-sosok yang tetap memiliki kemampuan inisiatif. Tetapi dibandingkan sosok-sosok yang bergaya sebagai tuan dan nyonya, sosok yang inisiatif, sepertinya masih kalah banyak.
Di luar lingkungan keluarga
Selain sekolah/kuliah sebagai bangku pendidikan untuk membentuk karakter manusia Indonesia yang benar dan baik, berbudi pekerti luhur, santun, serta rendah hati, sejatinya lingkungan keluarga menjadi kawah candradimuka utama untuk terciptanya manusia Indonesia yang memiliki kemampuan inisiatif.
Sayang, baik lingkungan keluarga mau pun bangku sekolah/kuliah, tetap belum signifikan dalam melahirkan manusia-manusia Indonesia yang miskin inisiatif di segala lini. Akibatnya, bicara produk kreatif dan inovatif masih memprihatinkan.
Contoh miskinnya inisiatif
Mudah dilihat saat ada orang yang melihat sampah di jalan, di depan mata, hanya dilewati karena merasa bukan sampahnya. Tidak ada inisiatif, tidak peduli.
Ruang di kantor/kelas dll kotor, tidak rapi, tidak ada inisiatif memulai membantu membersihkan dan merapikan.
Istri tidak patuh kepada suami, suami tidak inisiatif memperbaiki sikap istri.
Direktur/Pimpinan sewenang-wenang, tidak ada yang inisiatif mengingatkan.
Pacar atau kekasih tidak berkabar, tidak menyapa, tidak komunikasi, tidak ada inisiatif memulai membuka komunukasi.
Ada masalah dengan teman/sahabat, tidak ada inisiatif memulai menyelesaikan masalah.