Amal ibadah, amal jariah, amal saleh, akan senantiasa dijalankan dengan ringan pikiran, ringan hati, ringan tangan, ringan kaki, oleh orang-orang yang disiplin dan bertanggungjawab dalam menunaikan kewajiban kepadaNya dan sesama manusia di kehidupan dunia.
(Supartono JW.Ramadan22.1444H.13042023)
Drama-drama tentang orang-orang yang tidak amanah terhadap kewajibannya di Republik ini, nyatanya terus dapat ditonton pertunjukannya dalam tayangan berita di televisi dan mudah di baca  pada media massa, media online, media sosial (medsos) dll. Hingga dalam kehidupan bermasyarakat, kekeluargaan, perkumpulan, di sekeliling kita.
Ternyata, meskipun dalam bulan Ramadan, orang-orang yang lalai dan melalaikan kewajibannya, tidak ikut puasa dulu. Terus tidak peduli dan tetap aktif menghindarkan diri dari kewajiban yang sewajibnya ditunaikan, diselesaikan.
Semisal, pada suatu kompleks perumahan, Â yang seharusnya warganya sudah tertib membayar iuran wajib Rukun Tetangga (RT), hingga kini sudah masuk tanggal 13 (13/4/2023) ternyata, belum sampai 25 persen jumlah warga yang wajib iuran membayarkan kewajiban iurannya ke bendahara RT. Padahal ikrarnya, perjanjiannya, warga membayar iuran RT di tanggal 1-10 di setiap bulannya. Hal ini sama seperti kewajiban para orangtua membayar iuran di sekolah swasta, dll.
Padahal, uang iuran tersebut, sangat vital dibutuhkan untuk biaya operasional dalam bulan bersangkutan. Bila yang belum membayar iuran adalah orang yang sudah tidak memiliki pekerjaan/miskin, masih dapat diterima dengan logis. Tetapi, banyak warga/orang yang rumahnya gedongan, punya mobil, dan kendaraan bermotor. Masih aktif menjadi karyawan atau punya usaha yang sukses. Tetapi dalam hal kewajiban saja melalaikan, bukan lalai, tidak mengindahkan.
Kira-kira, bagaimana orang-orang yang melalaikan kewajiban ini dalam praktik beramal ibadah, amal jariah, dan amal saleh? Biasanya signifikan. Ada yang memang memiliki keturunan penyakit hati, yaitu kikir, pelit.
Tetapi, dalam kesehariannya, gaya hidupnya malah cenderung hedon, melayang, lupa bahwa dirinya masih berpijak di bumi. Tidak ada pandai bersyukurnya.
Hari ke-22
Ramadan 1444 Hijriah, hari ke-22, agar saya, kita, terhindar dan dapat menghindari perbuatan sombong dan kesombongan, adalah saat yang tepat untuk merefleksi diri apakah saya, kita, termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tertib dan disiplin menjalankan kewajiban dan melakukan amal (ibadah, jariah, saleh)?.
Pasalnya, jangankan bicara amal, menyoal kewajiban saja, baik kewajiban terhadap Tuhan dan sesama manusia (kehidupan bernegara hingga sosial di masyarakat), banyak manusia-manusia yang tidak menjalankannya sesuai aturan  yang benar dan baik. Alias begitu mudahnya lalai dan melalaikan kewajiban yang seharusnya tidak perlu lagi diingatkan, ditegur, dan ditagih.Â
Sehingga, dalam kehidupan beragama, bernegara, dan bermasyarakat, orang-orang yang rajin melakukan perbuatan amal, biasanya, dapat dipastikan, yang bersangkutan adalah orang-orang yang tertib dan disiplin dalam menjalankan serta bertanggungjawab atas kewajiban yang harus dijalankan, dilakukan, dituntaskan.
Sementara, orang-orang yang dalam hal menjalankan kewajibannya saja bermasalah, maka, biasanya juga akan sulit dan jauh dari perbuatan amal.
Wajib, kewajiban,Â
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wajib maknanya adalah harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksanakan (ditinggalkan), sudah semestinya, Â harus.
Sebagai umat beragama, agama apa pun di dunia ini, ada kewajiban manusia yang harus ditunaikan kepada Tuhan, sesuai peraturan dan ajaran agama masing-masing.
Dalam hal pendidikan, di Indonesia ada program wajib belajar bagi anak usia 7---12 tahun untuk memperoleh pendidikan dasar, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai Pembukaan UUD 1945.
Dalam militer, ada wajib militer. Kewajiban masuk dinas militer bagi setiap warga negara apabila diperlukan oleh negara.
Ada wajib pajak, kewajiban membayar pajak (pendapatan, kekayaan, tanah, dan sebagainya). Dan, ada wajib membayar iuran apa pun setelah ada kesepakatan menjadi bagian dari sesuatu yang ada peraturan membayar iuran, seperti sekolah, kuliah, RT, perkumpulan, keorganisasian, kekeluargaan, dll.
Sehingga ada kewajiban, yang maknanya,
sesuatu yang diwajibkan, sesuatu yang harus dilaksanakan, keharusan, pekerjaan, tugas menurut hukum.
Karena ada dasar wajib, kewajiban, maka siapa pun yang berurusan dengan hal wajib dan kewajiban, berkewajiban atau mempunyai kewajiban, bertanggung jawab, mempunyai tanggung jawab sesuai ikrar dan aturannya.
Sampai di sini, sejauh kehidupan saya, kita, di dunia, apakah sudah menjadi orang yang bertanggungjawab atas segala apa pun yang terkait wajib harus saya, kita, tuntaskan? Atau apakah selama ini, saya, kita, termasuk ke dalam golongan orang yang suka lalai, melalaikan kewajiban? Mari bercermin.
Amal (ibadah, jariah, saleh)
Sesuai paradigma yang lazim, orang-orang yang tertib, disiplin, bertanggungjawab dalam menunaikan kewajiban, biasanya mereka akan sangat ringan hati, ringan pikiran, ringan tangan, dan ringan kaki dalam melengkapi kewajiban-kewajiban yang sudah ditunaikan dengan tambahan amal.
Amal ibadahnya, amal jariahnya, amal salehnya diperbanyak, ditingkatkan, dengan pikiran dan hati yang bersih, serta ikhlas.
Amal adalah perbuatan (baik atau buruk), perbuatan baik yang mendatangkan pahala, menurut ajaran agama, yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia (memberi derma, mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam, penyandang cacat, orang jompo, anak yatim piatu, dan sebagainya.
Banyak orang-orang yang dihormati dan dihargai di tengah masyarakat bukan karena kedudukan atau kekayaannya, tetapi karena amalnya.
Ada amal ibadah, perbuatan yang merupakan pengabdian kepada Allah, seperti salat dan zakat dalam agama Islam.
Ada amal jariah, perbuatan baik untuk kepentingan masyarakat (umum) yang dilakukan terus-menerus dan tanpa pamrih. Perbuatan sosial.
Dan, ada amal saleh, yaitu perbuatan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama kepada Tuhan, serta perbuatan baik terhadap sesama manusia
Di antara amal ibadah, amal jariah, dan amal saleh, mana amal yang selama ini, saya, kita, lakukan, jalankan?
Semoga, saya, kita, senantiasa menjadi manusia, orang yang selalu disiplin, tertib, konsisten dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia. Menjadi manusia yang pandai bersyukur.
Semoga, saya, kita, selalu menjadi manusia, orang yang berbuat amal ibadah, amal jariah, amal saleh karena Allah, bukan karena sekadar riya (pamer),
menunjukkan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H