Teriakan rakyat semuanya sangat mendasar dan berdasarkan fakta-fakta perkembangan Covid-19 di Banten, namun gubernur dan para kepala daerah seolah menutup mata akan bukti dan fakta yang ada.
Sehingga, ada dualisme pemikiran masyarakat Banten.
Pertama ada yang berpikir ada udang di balik batu dari skenario perpanjangan PSBB ini, karena memang ada kepentingan dan motif sosial, ekonomi, dan politik dari para pemimpin ini untuk kepentingan "mereka".
Sehingga demi menuju tercapainya kepentingan dan motif lain, "mereka" dengan kecerdasannya, pura-pura bodoh dan tidak cerdas, pura-pura tidak mendengar, hingga terkesan buta dan tuli dari teriakan rakyat yang tidak setuju.
Kedua, banyak masyarakat yang tetap melihat perpanjangan PSBB ini secara "permukaan" saja, tidak dalam. Sehingga menuduh gubernur dan para kepala daerah memang benar-benar riil, natural tidak cerdas dan bodoh, akibatnya tidak amanah dan tidak dapat memihak rakyat.
Bila coba saya tengok lagi, komentar warganet sebelumnya, maka bila dirangkum, seharusnya "teriakan" rakyat Banten ini, wajib disikapi oleh Pemerintah Pusat melalui Gugus Tugas Covid-19nya.
Coba kita simak, apa tanggapan warganet sebelumnya, yang sudah saya rangkum dan sejatinya cukup tajam arahnya.
" ini mah sengaja di  perpanjang karena APBD habis, jadi yang tidak pakai masker di denda buat pemasukan kas, padahal secara grafik kasus corona di Tangerang Raya turun drastis. Di kota saja tidak sampai 100 yang positif."
"Katanya ada isu bahwa 3 pejabat ini, mau kumpulin duit CSR dan denda masker karena sudah tidak punya dana untum APD, dan jelas ini arahnya juga ada kepentingan pilkada juga."
"Gubernurnya tidak punya pendirian dan disetir atau dikendalikan oleh tiga pejabat di Tangerang yang diungkap bahwa salah satu pejabat ini, bisnisnya adalah Rumah Sakit, jadi bila berharap corona ada terus."
"Di Tangsel, ada kepentingan  karena mau pilkada. Siapa yang memiliki kepentingan itu, masyarakat sudah pada membaca."