Hebat, hari ini Minggu (28/6/2020) sudah muncul Lembaga Survei yang kasih berita menyoal elektabilitas partai. Kok bisa ya, muncul elektabilitas partai disaat ada kisruh di DPR? Ya bisa lah.
Maaf, atas munculnya hasil survei dari Lembaga Survei itu, saya coba mereka-reka, mungkinkah kejadiannya begini?
Selama pandemi corona, jarang (ada 1 atau 2) ada Lembaga Survei yang coba mencari informasi semisal tingkat kepercayaan rakyat atas hadirnya virus corona itu alami atau bikinan alias rekayasa. Atau survei menyoal mengapa penyebab masyarakat abai terhadap protokol kesehatan misalnya. Atau survei lainnya terkait corona.
Tetapi kok, hingga saat ini, tak terdengar ada Lembaga Survei yang turut berperan secara ilmiah demi membantu situasi dan kondisi, terutama pada kepercayaan masyarakat dan sikap pemerintah.
Juga tak tedengar andil Lembaga Survei dalam perannya menyoroti dan turut memberikan bahan pertimbangan menyoal tahun ajaran baru yang masih di tengah pandemi corona.
Bila menyoal tahun ajaran baru, Lembaga Survei juga ikut andil, pasti akan menjadi masukan dan catatan khususnya bagi Kemendikbud dan umumnya bagi dunia pendidikan Indonesia.
Padahal, setiap menjelang dan saat Pilkada atau Pilpres, Lembaga Survei menjadi "promotor" dan "penyeret" opini publik.
Apakah Lembaga Survei yang ada dibuat hanya untuk urusan politik dan lebih bekerja hanya saat Pilkada dan Pilpres? Â Mungkin demikian.
Maka, pantas saja, hari ini saya sudah menemukan lagi laporan berita di media online, ada sebuah Lembaga Survei yang langsung memberitakan ada parpol yang elektabilitasnya tinggi, dan ada parpol yang melejit.
Mengapa Lembaga Survei tersebut langsung membuat berita tentang elektabilitas parpol di saat di negeri ini masih kisruh menyoal rancangan RUU-HIP.
Sehingga, sangat terkesan atau bahkan terbaca, bahwa Lembaga Survei ini bekerja memang ada pihak yang memesan atau "membiayai".