Pantas saja, sejak corona mewabah di Wuhan, terus berepidemi dan pandemi ke lintas negara di dunia, Jokowi dan pembantunya cengengesan dan santai-santai saja. Bahkan, hingga korban terpapar dan meninggal hingga ribuan, kebijakannya juga tetap seenak "wudel" mereka.Â
Tak memperhatikan "teriakan" rakyat dan pemimpin daerah. Ekonomi dan ekonomi. Ibu kota baru dan ibu kota baru. Kepentingan dan kepentingan. Semua untuk siapa? Untuk "mereka" sediri dan demi pengabdian kepada cukong. Untuk kehidupan duniawi. Bukan simpati, empati, dan tanggungjawab kepada penderitaan rakyat. Plintat-plintut dengan kebijakan yang hanya alibi agar uang rakyat tidak dibagi-bagikan kepada rakyat, tapi uang rakyat untuk kepentingan mereka. Lalu, pemerintah daerah lah yang dibebankan.
Luar  biasa, karena rakyat dan nyawanya tak istimewa, beginilah Kabinet Indonesia Maju terus bertindak tanpa akal cerdas dan sehat. Malah rencana pemulihan ekonomi pun bocor ke media, di saat pemerintah daerah sedang berjuang memutus mata rantai penyebaran corona.Â
Lihat dalam tayang media, Kota Tegal berhasil memutus mata rantai corona dengan sikap tegas dan berani pemimpin daerahnya. Pertanyaannya, Tegal itu bagian Indonesia? Atau Indonesia bagian dari Tegal. Masa cara berpikirnya dalam pencegahan, antisipasi, penanganan Covid 19 Â (PAPC19) terbalik.Â
Masa, hanya pemimpin daerah saja bisa berpikir cerdas, karena menganggap nyawa rakyat adalah istiwema.Â
Sampai kapan Pak Presiden? Kondisi membingungkan dan menyakiti hati rakyat akan terus pemerintah Anda lakukan kepada rakyat di saat pandemi corona ini, sampai-sampai corona juga lebih istimewa, karena rakyat juga diminta berdamai dengannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H