Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benarkah Nyawa Rakyat Tak Istimewa?

11 Mei 2020   08:33 Diperbarui: 11 Mei 2020   08:43 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pantas saja, sejak corona mewabah di Wuhan, terus berepidemi dan pandemi ke lintas negara di dunia, Jokowi dan pembantunya cengengesan dan santai-santai saja. Bahkan, hingga korban terpapar dan meninggal hingga ribuan, kebijakannya juga tetap seenak "wudel" mereka. 

Tak memperhatikan "teriakan" rakyat dan pemimpin daerah. Ekonomi dan ekonomi. Ibu kota baru dan ibu kota baru. Kepentingan dan kepentingan. Semua untuk siapa? Untuk "mereka" sediri dan demi pengabdian kepada cukong. Untuk kehidupan duniawi. Bukan simpati, empati, dan tanggungjawab kepada penderitaan rakyat. Plintat-plintut dengan kebijakan yang hanya alibi agar uang rakyat tidak dibagi-bagikan kepada rakyat, tapi uang rakyat untuk kepentingan mereka. Lalu, pemerintah daerah lah yang dibebankan.

Luar  biasa, karena rakyat dan nyawanya tak istimewa, beginilah Kabinet Indonesia Maju terus bertindak tanpa akal cerdas dan sehat. Malah rencana pemulihan ekonomi pun bocor ke media, di saat pemerintah daerah sedang berjuang memutus mata rantai penyebaran corona. 

Lihat dalam tayang media, Kota Tegal berhasil memutus mata rantai corona dengan sikap tegas dan berani pemimpin daerahnya. Pertanyaannya, Tegal itu bagian Indonesia? Atau Indonesia bagian dari Tegal. Masa cara berpikirnya dalam pencegahan, antisipasi, penanganan Covid 19  (PAPC19) terbalik. 

Masa, hanya pemimpin daerah saja bisa berpikir cerdas, karena menganggap nyawa rakyat adalah istiwema. 

Sampai kapan Pak Presiden? Kondisi membingungkan dan menyakiti hati rakyat akan terus pemerintah Anda lakukan kepada rakyat di saat pandemi corona ini, sampai-sampai corona juga lebih istimewa, karena rakyat juga diminta berdamai dengannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun