Lagi-lagi pernyataan seorang menteri Kabinet Indonesia Maju, pilihan Presiden Jokowi, tanpa sadar lewat pernyataannya menyakiti hati rakyat.Â
Bagaimana tidak, pernyataan yang tidak seharusnya keluar dari mulut seorang menteri, justru tersiar secara resmi dalam jumpa pers secara virtual.Â
Bila ucapan tersebut hanya disampaikan kepada satu orang saja, dan orang yang mendengar pernyataan lalu membagi ceritanya kepada orang lain, ujungnya kisah nya juga akan menjadi viral.Â
Lha, ini, pernyataan malah diumbar dalam konferensi pers. Di hadapan wartawan. Maka, dalam sekejap, ketika beritanya tayang, maka langsung tersebar dan membanjiri media sosial dan grup-grup media sosial khususnya di Indonesia.Â
Apakah pernyataan yang akan disampaikan tidak pernah dianalisis dulu? Tidak ditimbang baik-buruknya, bahaya atau tidak, akan meresahkan atau tidak? Sebab, mustahil seorang menteri tidak memiliki kecerdasan intelegensi dan persoliti (emosi), kecerdasan analisis.Â
Apa yang disampaikan Bapak menteri ini, semakin melengkapi deretan.kekacauan dan kekisruhan para menteri piliha Jokowi ini. Tidak perlu saya ulang, deretan kekisruhan yang dibikin para menteri Jokowi ini, yang pasti, akibatnya, sekarang masyarakat dilanda kebingungan atas sikap, perbuatan, kata-kata, dan kebijakan yang "tidak memihak kepada rakyat, di tengah pandemi corona.Â
Mengapa sekarang saya angkat kisah viral pernyataan seorang menteri ini? Karena benar-benar semakin menambah sakit hati rakyat. Apa gerangan pernyataan dan siapa yang menyatakan?Â
Dalam jumpa pers virtual, Jumat (8/5/2020) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengklaim Indonesia masih memiliki kasus yang relatif rendah. Sebab menurutnya, angka belasan ribu korban terpapar corona, belum seberapa jika dibandingkan jumlah total penduduk Indonesia. "Sebetulnya angka ini tidak terlalu istimewa, karena jumlah penduduk kita adalah 263 juta, dibanding dengan Filipina yang masih sekitar 110 juta. Apalagi Singapura yang sekitar 6 juta," ujarnya.Â
Luar biasa pernyataan Muhadjir ini, yang sebetulnya dia adalah mantan Mendikbud di periode sebelumnya. Apa yang ada dalam pikiran dan hati Muhadjir, sehingga dia dengan enteng menyebut bahwa kasus terdampak corona di Indonesia"relatif rendah" dan "tidak terlalu istimewa", karena dengan membandingkan Filipina dan Singapura. Padahal, faktanya Indonesia kini telah bertengger.di urutan kedua di Asia Tenggara di bawah Filipina.Â
Sadarkah Muhadjir dengan pernyataannya? Bila demikian dalam hati Muhadjir, yang meninggal masih sedikit dan nyawa rakyat tidak istimewa? Nyawa adalah nyawa. Setelah manusia meninggal, maka nyawanya tidak dapat dibangkitkan lagi. Tidak dapat dihidupkan lagi. Apa ada nyawa manusia tidak lebih istimewa dari yang lainnya? Karena hanya  Allah yang dapat menguasai hidup dan matinya manusia.Â
Jadi, itukah pemikiran para menteri Kabinet Indonesia Maju dan Jokowi, bahwa yang lebih istimewa untuk Indonesia adalah ekonomi?Â