Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dalam Kasus Jasmine, Diklat Merden dan Cipta Cendekia dapat Menjadi Contoh

8 Januari 2020   13:22 Diperbarui: 8 Januari 2020   15:05 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya, siapa yang bertanggungjawab dan membuat program pendidikan formal dan agama tetap nomor 1? Dia adalah pengelolanya. 

Siapa dan bagaimana latar belakang Rokhman Supriyadi dan Dede Supriyadi, tentu banyak publik sepak bola Indonsia yang sudah mengenal kedua sosok ini luar dalam. 

Kebetulan pula, nama keduanya sama-sama Supriyadi dan sama-sama menomorsatukan pendidikan formal sebagai pondasi utama bagi para siswanya, meski tujuan siswa mau berkarir di sepak bola. 

Selain sebagai mantan pemain, mengelola dan sebagai owner-CEO Diklat Merden, Rokhman Supriyadi yang lulusan Sarjana Ekonomi ini, kenyang diberbagai pengalaman di antaranya, pernah menjabat sebagai pengurus dan manajer di Persibara Banjarnegara, menjadi CEO Persibangga Purbalingga, juga menjabat di pimpinan organisasi kepemudaan. 

Kini selain fokus di Diklat Merden yang sangat aktif mengikuti event festival/turnamen sepak bola di mancanegara membawa bendera Indonesia, Rokhman juga menjabat sebagai Ketua Umum SEA Football Talent Asia Pasific. 

Sementara Dede Supriyadi, mantan pemain Liga Indonesia, sangat konsen terhadap pendidikan formal pemain sepak bola usia dini dan muda, telah menancapkan diri dalam memelopori lahirnya Liga Kompas Gramedia, Liga Indonesia Junior Soccer School (IJSL), Festival antar Negara, dan kini terjun langsung di sekolah formal Cipta Cendekia. 

Melalui ketersinggungannya dengan Liga Kompas, Liga IJSL, dan Sekolah Cipta Cendekia, prestasi internasionalnya juga sudah diakui. 

Catatan paling penting yang wajib di simak oleh seluruh stakeholder pendidikan dan olah raga serta publik Indonesia, kedua sosok "Supriyadi" ini tidak hidup dan mencari makan dari sepak bola. 

Bila saya sebut, satu Supriyadi memiliki Biro Umrah, dan Supriyadi lainnya mengelola bisnis Optik Kacamata dll. 

Jadi, bila hanya konsen sama sepak bola dan mencari makan di sepak bola, maka tidak akan ada nama-nama tersebut tetap "beredar."

Bapak Presiden, Menpora, Mendikbud, PSSI dan stakeholder pendidikan dan olahraga lainnya, demikian deskripsi saya menyoal betapa memprihatinkannya pendidikan atlet olahraga Indonesia dan sudah adanya pihak yang tergerak membantu masalah ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun