SAYA termasuk beruntung. Sudah dua kali divaksinasi. Ikut rombongan Dewan Pers pada 27 Februari 2021.
Semua berjalan lancar. Aman dan nyaman. Tidak ada efek samping. Tidak merasakan apapun. Alhamdulillah.
Awalnya agak takut. Sehari sebelumnya, beberapa wartawan yang divaksin Sinovac ambruk. Rerata pusing, mulai, lemas. Bahkan ada yang pingsan. Saat observasi selama 30 menit.
Kabar Hoax kontan tersebar. Di grup whatsap. Terus merambat ke media sosial. Masyarakat awam terpengaruh. Jadi parno. Segelintir orang menolak vaksin. Ada yang bilang haram karena mengandung lemak babi.
Kementerian kesehatan langsung jumpa pers, klarifikasi. Tentu setelah melakukan observasi terhadap pasien yang jadi 'korban'.
Ternyata banyak faktor penyebabnya. Ada yang begadang sebelum divaksin, kurang tidur, dan tidak sarapan atau makan. Maklum wartawan tidurnya di jam kecil. Alasannya habis deadline.
Jadi bukan karena vaksinnya. Melainkan kondisi tubuh yang tidak fit. Pun rasa takut yang berlebihan. Pikiran campur aduk tak karuan.
"Kalau takut duluan, pasti tensi darah akan tinggi. Jantung berdetak kuat. Badan akhirnya lemas," kata seorang petugas yang melakukan skrining  terhadap saya.
Vaksinasi adalah pemberian Vaksin. Tujuan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Jadi bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Tidak menjadi sumber penularan.
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme. Atau zat yang dihasilkannya telah diolah sedemikian rupa sehingga aman.
Bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Patut diketahui, vaksin bukanlah obat. Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik tubuh agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat.
Tapi bukan berarti orang yang sudah divaksin akan kebal. Bisa saja terinfeksi jika abai prokes. Tapi, tidak separah orang yang belum divaksinasi.
Anda tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Apalagi jika bertemu orang lain yang belum mendapat vaksin Covid-19.
Usahakan selalu menjaga jarak. Memakai masker dengan cara yang benar. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air. Jika dalam keadaan tertentu, Anda bisa memanfaatkan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tangan.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak masyarakat butuh vaksinasi. Bahkan hari ini orang berburu untuk divaksin. Rela antre berjam-jam. Info gerai vaksin menjamur di grup-grup whatsApp.
Pemerintah seperti kejar setoran. Dilansir situs covid19.go.id, target sasaran vaksinasi nasional sebanyak 208.265.720 orang.
Kini vaksinasi pertama baru mencapai 42.611.602. Sedangkan vaksinasi kedua 16.606.675. Jadi masih jauh dari target. Wajar jika masyarakat yang dulu menolak vaksin, kini berbalik 180 derajat. Apalagi virus varian delta lebih ganas. Penularannya sangat cepat.
Dokter spesialis paru RSUI dr. Gatut Priyonugroho menjelaskan, varian Delta lebih menular dibandingkan dengan varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Menurutnya, virus corona varian Alpha dari Inggris bisa menular dari satu orang kepada enam orang. Varian Delta dari satu orang menularkannya kepada delapan orang.
Ibarat MotoGP atau Formula 1, virus varian delta telah merebut pole position. Tak terkejar di garis depan. Tapi, bukan berarti peraih pole tak bisa dikejar.
Contoh minggu lalu di balapan F1 GP Inggris. Max Verstappen (Red Bull Racing) raih pole. Dia memimpin balapan dari baris terdepan. Tapi, kemudian bersenggolan dengan Lewis Hamilton (Mercedes-AMG Petronas). Mobil Verstappen menghantam pembatas. Dia harus dilarikan ke rumah sakit. Hamilton terus tancap gas dan keluar sebagai pemenang.
Komunikasi yang efektif dan taktis saat di paddock bisa mengubah cerita. Dalam hal ini yang saya maksud keseimbangan antara petugas di lapangan dan penentu kebijakan berjalan satu arah.
Tapi, jika 'diracuni' dengan kepentingan politik, target pemerintah dalam memberlakukan PPKM Darurat (kini berubah jadi PPKM Level 4) tidak akan tercapai.
Butuh upaya dan tekad lebih untuk bisa menempel, mengejar, lalu menyalipnya. Butuh kerjasama semua pihak. Semua elemen masyarakat harus bersatu. Dengan segala kekuatan yang sinergi, peraih pole (varian delta), bisa saja disalip. Sekalipun di tingkungan terakhir.
Indonesia membutuhkan setidaknya 363 juta dosis vaksin untuk memberikan vaksin pada 70 persen penduduk atau sebanyak 181.554.465 orang yang menjadi sasaran vaksinasi.
"Agustus akan datang 45 juta dosis vaksin, jadi kita bisa menaikkan jumlah vaksinasinya setiap hari sehingga bisa sampai 2 juta," kata presiden Jokowi.
Jokowi menaikkan target vaksinasi hingga 3 juta per hari pada Oktober mendatang. Akselerasi vaksinasi Covid-19 ini diharapkan dapat menekan laju penyebaran Covid-19. Sebelumnya, Jokowi menargetkan vaksinasi 1 juta per hari pada Juli dan 2 juta per hari pada Agustus.
Pemerintah berencana memvaksinasi 181,5 juta warga atau 70 persen dari populasi dalam upaya mewujudkan kekebalan komunal terhadap Covid-19. Atau disebut Herd Imummunity. Yakni suatu kondisi dimana sebagian besar masyarakat telah terlindungi dari suatu penyakit.
Jadi, ayo vaksiniasi, jika kita ingin kembali hidup normal. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H