Perjuangan atlet atletik lainnya juga tak kalah hebat. Suparni Yati dengan IQ dibawah 75, Putri Aulia (low vision), serta Sapto Yogo dan Ahmad Fauzi (Cerebral Palsy), mampu melawan keterbatasan dengan medali emas. Mereka superior di kelasnya masing-masing. Bahkan Atletik menjadi donasi terbanyak dengan raihan 40 emas.
Torehan prestasi kaum disabilitas patut dihargai. Memanusiakan manusia, sangatlah mulia dan tak kenal kasta. Semua orang berhak akan eksistensinya. Semoga para penyandang disabilitas semakin giat berkarya.
"Keterbatasan jangan sampai membatasi kita untuk menembus batas," tutur Putri Aulia.
Kegigihan mereka bisa mengetuk hati orang-orang di lingkungan mereka sendiri. Dan pada akhirnya, selalu akan ada pengakuan bahwa disabilitas tanpa batas. Mereka tak perlu pujian. Mereka hanya butuh pengakuan atas karyanya.
Mereka memiliki mata, tapi tak dapat melihat. Mereka punya telinga, tapi tak mampu mendengar. Mereka memiliki fisik yang tampak sempurna, tanpa kita tahu mereka mengidap gangguan emosi dan sulit berinteraksi.
Tapi, mereka--para disabilitas- mampu menginspirasi kita semua. Â Mereka mengibarkan bendera Merah Putih di Asia Tenggara. Mereka telah menggores namanya dengan tintas emas. Semangat, tekad, dan jiwa mereka emas. Mereka adalah emas.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H