Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tangis Mereka Adalah Emas

13 Juni 2021   12:59 Diperbarui: 13 Juni 2021   13:10 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yahya Hernanda atlet sepakbola disabilitas Indonesia (merah). Foto dok pribadi.

Dari sepak bola CP, saya mengintip ke papan catur. Atlet tuna netra di cabang ini mengingatkan saya tentang arti ketelitian dan kesabaran.

Setiap mendapatkan giliran untuk melangkah, seorang pecatur tuna netra akan meraba bidak-bidak catur yang ada di papan untuk menebak langkah yang telah diambil oleh lawannya dan menganalisa langkah balasan yang paling tepat. Suatu hal yang perlu dilakukan dengan ketelitian yang tinggi, dan tentunya kesabaran yang luar biasa.

Pelajaran berharga juga saya rekam dari Ni Nengah Widiasih yang mengalami kelumpuhan bagian bawah tubuhnya sejak usia 4 tahun akibat terkena penyakit polio.

Atlet difabel angkat berat ini tak berkecil hati. Wanita asal Karangasem, Bali ini keterbatasan fisiknya tak bisa dijadikan alasan untuk berpangku tangan.

Ni Nengah tampil di kelas 45 kg, tak hanya mendulang emas. Tapi juga memecahkan rekor ASEAN Para Games dengan angkatan terbaik 96 kg, satu kilogram lebih berat dari Achele Phi Widi dari Myanmar pada APG 2013.

Keperkasaan Ni Nengah juga menjalar ke lintasan renang. Sebanyak 39 keping emas diraih dan 27 pemecahan rekor. Lima emas di antaranya dipersembahkan Guntur. Dia jadi bintang di nomor 50m gaya bebas S8, 50m gaya dada S8, 100m gaya bebas SB8, estafet 4x100m gaya bebas 34 Point Putra, estafet 4x100m gaya ganti 34 Point Putra, Tiga di antaranya terjadi pemecahan rekor APG.

Sulit dipercaya melihat aksinya di kolom renang. Tapi, semua nyata dilihat dengan mata kepala. Kehilangan tangan kiri, Guntur mampu berenang seperti ikan. Pun Jendi Pangabean yang kehilangan satu kakinya, membuat orang yang melihatnya nyaris tak percaya. Lima medali mengalungi lehernya dari nomor 400m gaya bebas S9, 100m gaya punggung S9, 200m gaya ganti perorangan, 4x100m gaya bebas 34 Point, dan 4x100m gaya ganti 34 Point.

Momen yang tak bisa dilupakan juga terhampar dari lintasan atletik. Nur Ferry Pradana menjadi bintang. Pria berusia 21 tahun itu meraih empat medali emas dari cabang olahraga atletik. Dia menang di nomor lari 100 meter, 200 meter, 400 meter dan estafet untuk kelas T47 putra.

Atlet asal Tenggarong, Kalimantan Timur itu juga menjadi salah satu pencetak rekor baru di ajang ASEAN Para Games. Dia membukukan rekor pada nomor lari 100 meter, 200 meter dan 400 meter kelas T47.

Nur Ferry lahir dengan tangan yang kaku juga tidak bertumbuh dan tidak berfungsi sempurna. Kondisi itu membuat dia sempat malu keluar rumah. Sebagai penyandang tunadaksa ia selalu menjadi bahan perolokan anak-anak. Beruntung orang tuanya menjadi benteng perlindungan.

Menurut psikolog Anak Luar Biasa, Sutjihati Somantri, tunadaksa adalah suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi, dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi itu terganggu dikarenakan kecelakaan, penyakit atau pembawaan sejak lahir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun