Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Mencari Cinta

1 Juni 2021   17:06 Diperbarui: 13 Juni 2022   09:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obrolan santai bersama topskorer Piala Dunia 1998 Davor Suker (Kroasia). foto dokumen pribadi

Cinta terhadap profesi sebagai wartawan. Cinta terhadap sepak bola. Keluarga yang saya tinggalkan nun jauh di Depok, Jawa Barat.

Manis pahitnya tugas jurnalistik yang saya jalani selama liputan sepak bola Piala Euro adalah sebuah pelajaran berharga. Saya tak pernah menyerah meski sesulit apapun tugas. Saya jalani dengan ketulusan.

Keringat, darah dan air mata, sudah biasa tumpah. Selama 40 hari liputan di Eropa. Tapi, saya menikmatinya.

Menempuh ratusan kilometer dari satu kota ke kota lain yang melelahkan sudah bagian dari risiko. 

Bermain kucing-kucingan dengan petugas demi mendapatkan target liputan bukan sesuatu yang baru. 

Kala meliput Euro 2004 di Portugal dan Piala Dunia 2006 di Jerman, saya sudah merasakan getirnya. Berbagai jurus saya lakoni. Termasuk 'dewa mabok' demi sebuah target liputan.  

Bahkan pada Piala Eropa 2012 di Polandia dan Ukraina saya bisa sarapan pagi bersama Davor Suker. Saya janjian dengan topskorer Piala Dunia 1998 berkat seorang wartawan Belgia yang saya temui di sebuah hotel. 

Kala itu, saya tanpa akreditasi dari UEFA. Identitas untuk seorang wartawan peliput. Tapi, karena cinta, saya bisa bersantai dengan Davor Suker. 

"Silakan pesan bir dan sarapan," kata Davor Suker saat menerima saya di restoran Hotel di Ukraina. 

Buat saya itu sebuah kehormatan duduk semeja dengan seorang legendaris. Saya memilih air mineral dan roti. Bukan tidak menghormati budaya 'ngebir' orang Eropa di pagi hari.  Saya tak ingin mengulang ketika pertama tiba di Warsawa, Polandia. Pemilik apartement yang saya sewa, mencekoki saya dengan wisky.

Tapi, saya menganggapnya itu pengorban cinta. Apapun bentuknya. Tentu ada konsekuensi yang harus dibayar. Perjalanan ke arah sana tak semulus yang diharapkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun