"Tolong jaga si bungsu. Dia cantik dan lucu. Dia sangat dekat dengan kamu," tutyr Nita sebelum menghembuskan napas terakhir.
Tejo tak percaya Nita telah tiada. Dia menangis terisak-isak. Air matanya terus membasahi bumi. Sulit melupakan istri yang dicintainya. Dia bahkan seraya menyalahkan takdir. "Tuhan kenapa terlalu cepat Kau renggut kebahagianku," umpat Tejo.
Tejo bertahan sepuluh tahun membesarkan ketiga anaknya. Kini dia telah beristri yang jauh lebih muda. Tapi Tejo belum bisa melupakan pesan Nita. Dia takut daun-daun berguguran di tanah yang basah. Tejo tak mau kehilangan orang-orang yang dicintanya.*
Suryansyah
Warga Depok Paling Pinggir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H