Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Kunang-Kunang

15 Januari 2021   04:51 Diperbarui: 16 Januari 2021   11:24 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kunang-Kunang Folio Jr (pinterest)

Ah, betapa!

ingin sekali aku ke sana

sebuah kolam sepanjang 70 depa

lebarnya 30 langkah orang dewasa

tanaman air subur daunnya

teratai mekar berlomba-lomba

sedari malam bunga-bunga menawarkan putiknya yang ranum
sebelum jam sembilan pagi ia menguncup lagi dalam sipu-sipu merah jambu

Wahai, betapa!

sudah lama sekali sejak terakhir bersua
gadis-gadis senantiasa setia menciumkan telapak kaki telanjangnya pada pelukan Ibu Bumi

selalu berkain katun hitam

selalu berbaju katun putih

lamak hitam menemani sebagai teman pengikat beban, pengikat ranting-ranting hutan, saat harus berladang

lalu suara itu

suara-suara itu

orkestra di kedalaman jingga saat mentari kembali ke peraduannya

tonggeret khusyuk merajut nada sebagai pembuka

jangkrik selanjutnya

katak bersahutan

angin berdesau-desau

bisikan malam bagi manusia yang terjaga

mengalun bagai tarian, menyapa bagai belaian sayang Ibunda

betapa aku, betapa engkau

betapa sembilu, betapa kemilau

suar-suar tergelar rinci bersama rintik-rintik air langit

ranjau-ranjau rebah terlibas musnah tuntas

dentam berpadu denting

Oh, betapa!

ingin kusapa lagi seekor lebah yang terbang rendah & meninggalkan sengatnya di jariku

juga kunang-kunang yang tanpa bimbang mengitari kembang-kembang di gulita malam, menyanyikan lagu-lagu pujian tentang Sang Pangeran

rupanya aku harus merelakan waktu mengalir perlahan dibawa gerakan angin Tenggara negeri dewata

hingga nanti ketika purnama & aditya beranjangsana melalui sekawanan Mina, Mesa, Wribasa, Mintuna: tiba saatnya kau bawa aku besertamu

Kramat Pela, 15 Januari 2021

Lamak: selendang kain 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun