"Ai, kita ke gua yuk...!" Ajakku kepada Wayan. Telunjuk tangan kananku menunjuk mengarah ke sisi kiri.
Ombak pantai rupanya cukup kuat menghempaskanku bersamaan dengan akhir kalimat ajakanku. Wayan mentertawakan muka pucatku.
"Ayukkk...!" Teriak Wayan.
Dia menarik tanganku hingga sanggup berdiri tegak di atas pasir yang tak tersentuh air laut.
"Tapi kita ke sana yaa...." Ujar Wayan menunjuk arah Barat.
Hadeuuuh. Kenapa dari tadi aku selalu meminta ke arah kiri dan Wayan selalu mengarahkan ke kanan sih? Tapi ya sudahlah. Aku percayakan saja wisata airku kali ini kepada Wayan yang orang Bali asli.
"Ai, aku pas kesini dua tahun lalu, aku ke gua yang di sisi kiri. Bareng-bareng bersembilan dengan teman kantor"
"Jam berapa emangnya, Kak?"
"Sekitar jam 1 siang, sih"
"Eh, malemnya aku mimpi. Saking senengnya kali ya. Mimpinya maen ke pantai Gunung Payung lagi. Tapi di mimpi itu, aku lihat ada orang lagi bertapa. Meditasi lah ya kalau sekarang sih. Pertapa itu duduk bersila di atas batu karang, pas di depan gua di sana itu, di arah kiri tangga. Tapi anehnya, pakaian pertapa itu bukan kayak kamu pas tempo hari melukat."
"Oh, ya?! Pakai baju apa dia?"