Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Prabangkara: Penyembah Pohon

19 Februari 2020   07:07 Diperbarui: 1 Mei 2020   14:10 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah pohon besar berbalut Rwa Bhineda (dokpri)

Kami begitu sungguh menikmati bila Satya sudah mabuk kepayang kata-kata begitu. Ia adalah raja kata-kata. Sedangkan Prabangkara adalah raja segala rasa, dan Sang Kelana yang sesungguhnya. Aku, sangat beruntung memiliki mereka, sehingga aku menjadi seperti seekor burung kepodang dengan dua sayapnya yang kuat.

"Lanjutkan, Satya," pinta Prabangkara.

Dengan hidmat, Satya mengangguk, penuh penghormatan. Dikeluarkannya secarik kertas dari saku celananya. Ikat kepalanya ia kencangkan.

Lalu, ia membaca tulisan tangannya sendiri, setelah menyalakan tiga buah dupa lagi.

"Smbah ni ngwang i jng bhari Durg sang amwak dasshtra ri sarwamndhala puruha, asurawinas dnawagatha, ring pncngga suskma buthapati tattwa nira, klaratri mahjalwadarirpa bhwani sang mahissuramardini ri trisla airnaa awidya ni nghuln kadi buddhidharma tumurun agaw jagadhita

Sembah hamba kepada Hyang Bhatari Durga yang berwujud dasshtra sebagai kekuatan dari segala penjuru arah, pembinasa segala angkara murka dan pembunuh segala kejahatan, yang menjadi lima unsur pembentuk kehidupan, berwarna hitam seperti malam, menyimpan semesta dalam kandungannya sekaligus sebagai sthananya. Ibu dari alam semesta yang membunuh iblis Mahsasura dengan trisula, lenyapkanlah kebodohan hamba seperti Engkau turunkan kebijaksanaan saat menciptakan kedamaian dunia.

Yang memiliki tiga mata sebagai penglihatan di tiga masa. Matahari di saat ini, Bulan di masa lalu dan Bintang seperti nyala api menerawang ke masa depan.
Dengan sepuluh tangan yang menjadi kekuatan dari sepuluh arah

Di utara dia memegang gada yang meremukkan tanah dan menggugurkan dedaunan, di selatan memegang cambuk yang memuntahkan api pegunungan, di timur dengan bajra dia mengeluarkan kilatan petir yang menakutkan, di barat menggenggam ular yang menyebarkan racun dibalik awan gelap serta sangkha di barat laut meniupkan badai.

Barat daya dengan pedang yang keluar dari kegelapan dan hujan, tenggara sebagai danda yang menggetarkan tanah dan bebatuan, timur laut membawa trisula dari tiga guna, atas pankaja yang akarnya menembus bumi, dan di dasar ujung jarinya memutarkan cakra sudarsana menggerakan isi semesta, melenyapkan segala kejahatan dan ketidakseimbangan dengan karma dan ta.

Ibu dari semua dunia yang menjaga kesejahteraan semua makhluk, penghancur dosa dan ketidakadilan, memusnahkan segala kebodohan, sebagai Kali Maha Usada yang menawarkan jaman kekacauan."

Kami bertiga menghela napas. Lega. Tenang. Lalu larut  dalam diam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun