Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

3K: Kucing, Kelor, dan Katuk

28 Maret 2019   07:07 Diperbarui: 28 Maret 2019   08:10 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarin deh. Puas-puasin lu, kucing-kucing! 

Asal jangan ketemu saya aja deh. Karena sejak pensiun dini, saya selalu bawa gayung berisi air. Siap mengguyur kucing-kucing yang datang ke Sepetak Belakang untuk buang hajat. Dan mengguyurkan kepada makhluk berbulu itu. Byur!

Namanya manusia, pasti selalu cari akal supaya pekerjaannya lebih termudahkan. Begitupun Pensiunan Mandor Kebun Sepetak Belakang ini. Capek juga bawa-bawa gayung dan lari-lari mengejar Miaw. Ilham itu datang juga, setelah saya jalan-jalan pagi keliling perumahan. 

Ku lihat para tetangga membuat barikade botol plastik berisi air di sekeliling Sepetak mereka. Beberapa rumah melakukannya. Setelah kutanya apa maksudnya, ternyata itu adalah cara menghindarkan Sepetak mereka dari para Miaw untuk beraksi buang urin dan feses.

Akhirnya sukseslah Sepetak Belakang saya barikade dengan botol plastik berisi air. Tapi ya saya masih suka patroli dengan gayung berisi air di tangan. Sekali-kali.

Efektivitas pemasangan barikade itu nggak pernah saya hitung sih. Apakah bener-bener para Miaw kapok buang hajat di Sepetak Belakang, atau tidak, saya nggak pernah merhatiin. Yang jelas, aroma tak sedap masih saja tercium. Kalau mau tau efektivitasnya, ya pasang CCTV kali ya, trus dimonitor beberapa hari. Bandingin antara sebelum dipasang barikade botol plastik isi air dengan sesudahnya.

Perhatian saya beberapa hari belakangan ini justru beralih pada sebuah pokok tanaman yang rimbun sekali daun hijaunya. Semakin lama semakin tinggi dan rimbun. Penasaran dengan indah dan suburnya tanaman itu, saya menanyakan ke group diskusi tentang tanaman & pepohonan. 

Awalnya saya berpikir bahwa itu adalah pohon kelor karena strukturnya mirip. Ada tulang daun, lalu ada daun-daun kecil yang mencuat dari tulang itu. Kalau itu tanaman kelor, wuih, asyik banget. Kabarnya kan daun kelor bisa mengusir aroma-aroma jahat yang tak tampak. Eh, bener kan? 

Artikel di Tribun pernah memuat informasi yang kira-kira isinya daun kelor atau pohon kelor tuh memilki aura atau kekuatan yang bisa menangkal kekuatan ilmu hitam, seperti guna-guna, santet, teluh atau sejenisnya. 

Beberapa orang percaya jika mereka menanam Kelor di depan rumah atau di pekarangan rumah bisa dimanfaatkan untuk mengusir hawa-hawa jahat. 

Di artikel lain saya pernah baca, daun Kelor sudah menjadi komoditi ekspor negeri kita. Pasuruan, adalah penghasil dan pengekspor daun kelor ke Korea Selatan dengan jumlah yang cukup besar, 55.894 kilogram atau 55,8 ton, dan nilai total ekspornya mencapai USD 155.247,90 (artikel di Detiknews Senin (25/3) lalu). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun