WA call berbunyi. Di layar HP tertulis, Abah DZI. Itu nama panggilan sayang kami untuk K.H. D. Zawawi Imron (sastrawan, penyair, budayawan, ulama berusia kurang lebih 75 tahun, pengasuh sebuah pondok pesantren di Sumenep, Madura).Â
"Siwi... Kamu tahu ada kabar baik apa tentang Abah?"
"Siap, Abah. Abah dapat penghargaan di Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Piala akan diserahkan oleh Presiden Jokowi kepada Abah hari ini di Panggung Kubah Bambu Kemendikbud"
Jawab saya lancar.
"Lhoh. Kok kamu sudah tahu? Tahu dari mana?"
Abah bertanya dengan logat Madura yang kental.
"Ada aja, Abah, yang kasih tahu saya"
Jawab saya. Saya tertawa tanpa suara setelahnya.
Adalah Gus Nas (KH Nasruddin Anshori) yang memberitahu saya via WA. Ada lagi, Mbak Erma, praktisi budaya dari Surabaya yang malah mengirimkan isi WA lengkap dari panitia tentang Abah diminta memberi sambutan mewakili budayawan, penerimaan award, beserta informasi gladi resik pukul 13.00 WIB.
"Abah nanti gladi resik pukul 13.00 WIB. Kalau kau bisa, kau temani lah Abahmu ini"
"Saya usahakan Abah. Namun mohon maaf, Abah, jika saya nggak bisa tepat waktu. Saya ada janji pertemuan dengan Gus Nas, Visi (sahabat millennials saya) dan beberapa orang lagi (belakangan baru saya tahu mereka adalah para budayawan keren dari dunia pendidikan, Ibu Endang Caturwati, dan Ibu Een Herdiani) sekitar jam 10 pagi ini. Khawatirnya tidak bisa sesuai waktunya. Jika sudah selesai saya akan segera ke acara Abah"