Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ngobrol Sore dengan Arbain Rambey

17 Oktober 2015   11:04 Diperbarui: 21 Oktober 2015   17:32 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  

Arbain Rambey dan Teknik Sipil

Yang tidak kalah menarik dari obrolan dengan Pak Arbain ini adalah bahwa, beliau ini meskipun malang melintang di dunia jurnalistik, pernah menjadi wartawan tulis, redaktur fotografi di Kompas, ternyata Pak Arbain adalah lulusan Teknik Sipil ITB. Teknik dan ITB. Dua hal yang bikin saya merasa punya benang merah dengan Pak Arbain.

 

 

Selain saya, yang ikutan ngobrol sore dengan Pak Arbain adalah Vivi, Evan dan Rudi yang ketiganya punya minat dan skill fotografi. Ditambah dengan Evan yang rupanya memiliki tanah tumpah darah yang sama dengan Pak Arbain: Semarang. Dan, oh ya, dari Evan inilah saya dapet nomor HP nya Pak Arbain. Semula dia cari di twitter namun nggak nemu. Akhirnya, berbekal teman-temannya di group Kompas -tempat kerjanya dulu- akhirnya dia dapat nomor HP Pak Arbain. Fotografi, Semarang, dan Kompas. Benang merah pun jadi nyambung kemana-mana.

 

Teknik Sipil dan Fotografi. Sekali lagi saya mendapat penguatan yang hampir sama atas Teknik Kimia dan Komunikasi. Pak Arbain bahkan menyontohkan tentang rekannya di Kompas yang ahli hukum, sudah menerbitkan banyak buku-buku hukum, yang ternyata berlata belakang pendidikan Teknik Nuklir. Satu lagi yang dicontohkannya, ahli fashion di Kompas yang berbackground Teknik juga. Dunia kerja, bisa jadi akan sangat berbeda dengan pendidikan yang kita tempuh, begitu ungkapnya. Gambarannya adalah seorang Arbain Rambey, yang sudah menguasai teknik cuci cetak film fotografi di usia 13 tahun, berkuliah di Teknik Sipil ITB, menjadi wartawan tulis Kompas, beralih ke wartawan foto, berprestasi sangat gemilang di fotografi, lalu mengasuh rubrik tentang Fotografi di media cetak dan televisi (Kompas TV), menjadi pengajar di FISIP UI (Fotografi Jurnalistik), dan sekolah fotografi Darwis School of Photography.

 

Jika melihat kulitnya, bisa jadi orang akan bilang: "Whatt...?? Sarjana Teknik Sipil ngajar di FISIP? Nggak salah....?". Tapi dengan kearifan, justru tokoh Pak Arbain ini bisa jadi inspirasi bagi 'orang-orang yang terpental' dari keilmuan latar belakang pendidikannya. Seperti saya, atau orang-orang lain. Saat saya tanyakan padanya apa kuncinya, Pak Arbain menjawabnya dengan mantab: Jalani dengan passion, itu kuncinya. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun