"Kedepan hanya perlu mendapat sentuhan. Kita hanya sedikit tata karena sesungguhnya sudah tertata secara natural. Namun demikian apabila ditata lagi atau dikemas, tentunya dapat menjadi satu kekayaan kebudayaan, khususnya kebudayaan dan tradisi Tulungagung," papar Agung Prawidodo.
Mbah Soeryaniadi di akhir prosesi memaparkan bahwa upacara adat tradisi Siraman Barongan sempat berganti tiga kali pelaksanaannya. Pada jaman Belanda dilangsungkan tiap bulan Juli, pada jaman Jepang berganti jadi tiap tanggal satu tahun baru, dan setelah indonesia merdeka prosesi ini berganti pelaksanaannya yaitu tiap tanggal 17 Agustus.
"Tradisi ini akan saya ganti, kok tidak berani," ungkap mbah Soeryaniadi. " Dulu pada pagi 17 Agustus tahun 1982 pernah dihapus tidak siraman, mendadak terjadi goro goro yang menimpa keluarga Pak Camat. Pada waktu itu mereka terkena sakit mendadak. Melihat kejadian itu, akhirnya saya memerintahkan pada malam itu juga diadakan siraman barongan di situs mbah Bodo."
[caption id="attachment_320035" align="aligncenter" width="300" caption="penulis Tulungagung Bunda Zakyzahratuga narsis bareng mbah Soeryaniadi, Kabid Kebudayaan Tulungagung, dan Siwi Sang di depan situs Mbah Bodo"]
Mbah Soeryaniadi berharap upacara Siraman Barongan tidak punah karena merupakan adat tradisi masyarakat. "Kalau sudah mengatakan agama, sudah lain lagi. Ini adat tradisi masyarakat, sudah turun maturun, tidak dapat diganti, tidak dapat dilah lih," terang sosok yang juga menjadi pemimpin seni jaranan Surya Saputra itu.
Prosesi Siraman Barongan berlanjut dengan arak arakan yang diikuti semua grup seni tradisi Argo Wilis yang sebelumnya menyerbu situs sejarah Mbah Bodo desa Sendang. Mereka berjalan menuju panggung kehormatan yang ditempati camat Sendang, muspika, dan para kepala desa. Setelah menampilkan atraksi beberapa babak di depan panggung, secara bergiliran mereka melanjutkan perjalanan menuju arah pasar Sendang dan berakhir di kecamatan sampai akhirnya mereka pulang ke tempat masing masing. Sudah barang tentu sepanjang perjalanan mereka para pemain seni Jaranan atau Barongan, para pemain Reyog Kendang Tulungagung, menampilkan atraksi meliuk menari diiringi lengking selompret, tetabuhan kendang kenong, gong, dan lainnya, sementara ribuan penonton menjubeli sepanjang perjalanan yang menjadi jalur pulang seluruh peserta upacara adat tradisi Siraman Barongan.
[caption id="attachment_320036" align="aligncenter" width="300" caption="mbah Soeryaniadi [baju hitam"] mengawasi pemain jaranan yang tiba dan menari kesurupan di depan panggung kehormatan."]
[caption id="attachment_320040" align="aligncenter" width="300" caption="beberapa barongan yang kesurupan tanpa dinyana menggemparkan panggung dan baru mau turun setelah dikasih makan beberapa uang kertas pak Camat Sendang"]
[caption id="attachment_320041" align="aligncenter" width="300" caption="reyog Kendang Tulungagung meninggalkan panggung"]