Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Para Barongan Lereng Gunung Wilis Serbu Situs Sejarah Mbah Bodo Desa Sendang Tulungagung

20 Agustus 2014   00:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:06 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa detik setelah detik detik proklamasi berhenti berdetik di lapangan Argo Wilis, puluhan barongan lereng gunung Wilis serbu situs sejarah Mbah Bodo yang terletak  dekat lapangan.  Dari arah jalan desa mereka muncul satu satu ke hadapan tetua adat desa Sendang Tulungagung, mbah Soeryaniadi, yang ketika itu sudah siaga bersama segala ubarampenya. Setiap barongan yang datang langsung duduk kemudian sang tetua adat menyiduk air kembang setaman yang sebelumnya tertampung dalam sebuah jambangan batu peninggalan jaman kerajaan Kediri. Suasana mistis spiritual kian kental ketika Sang Tetua Adat bergiliran menyirami mulut dan kepala barongan juga meminumi para pemain barongan.  Juru Pelihara atau Jupel situs,  ibu Katemi dibantu mas Sigit, ketua desa wisata Sendang, yang berdiri mengapit Sang Tetua Adat, ikut dengan memerciki air dan kembang ke wajah para barongan. Sampai kemudian para barongan keluar ruangan dengan terlebih dulu membunyikan suara menggetak.

Itulah suasana upacara adat tradisi Siraman Barongan yang berlangsung di situs sejarah Mbah Bodo desa Sendang kecamatan Sendang Tulungagung pada tanggal 17 Agustus silam. Meski namanya Siraman Barongan, kenyataannya yang mengikuti prosesi upacara tidak cuma para pemain barongan, melainkan hampir seluruh pemain seni tradisi yang ada di desa Sendang dan desa desa sekitar, seperti para pemain Reyog Kendang Tulungagung, dan para pemain jaranan.

[caption id="attachment_320019" align="aligncenter" width="300" caption="Tiga barongan muncul di ambang halaman situs Mbah Bodo"][/caption]

[caption id="attachment_320020" align="aligncenter" width="300" caption="Mbah Soeryaniadi menyiram kepala barongan didampingi Jupel ibu Katemi dan ketua desa wisata Sendang, mas Sigit."]

1408442212824344541
1408442212824344541
[/caption]

[caption id="attachment_320022" align="aligncenter" width="300" caption="pemain seni tradisi Reyog Kendang Tulungagung juga ikut Siraman Barongan"]

1408442516968814803
1408442516968814803
[/caption]

[caption id="attachment_320025" align="aligncenter" width="300" caption="pemain seni jaranan disambut ibu Katemi"]

14084426311046122080
14084426311046122080
[/caption]

14084428221287432944
14084428221287432944

[caption id="attachment_320030" align="aligncenter" width="300" caption="usai disiram air kembang, barongan segera keluar ruangan"]

14084428831054270016
14084428831054270016
[/caption]

[caption id="attachment_320032" align="aligncenter" width="300" caption="Kabid Kebudayaan Tulungagung, Agung Prawidodo, sedang mengguyur kembang yang diciduk dari jambangan batu situs Mbah Bodo disaksikan Sang Tetua Adat Sendang"]

1408443207664746788
1408443207664746788
[/caption]

Agung Prawidodo, kabid Kebudayaan Tulungagung  yang sejak awal harid dalam acara itu menyampaikan bahwa upacara adat tradisi Siraman Barongan yang berlangsung rutin tiap tanggal 17 Agustus merupakan potensi yang sangat luarbiasa. " Saya melihat ini  satu semangat kebersamaan dan satu spiritual luarbiasa yang tumbuh dari masyarakat desa Sendang dan sekitarnya dalam rangka melestarikan tradisi dan nilai nilai yang luhur," ungkapnya.

Menurutnya, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan terus mendorong dan meningkatkan kapasitas serta bersama sama masyarakat Sendang untuk memfasilitasi sedemikian rupa sehingga prosesi acara dari awal sampai akhir lebih rapi, lebih hikmat, dan meriah.

"Kedepan hanya perlu mendapat sentuhan. Kita hanya sedikit tata karena sesungguhnya sudah tertata secara natural. Namun demikian apabila ditata lagi atau dikemas, tentunya dapat menjadi satu kekayaan kebudayaan, khususnya kebudayaan dan tradisi Tulungagung," papar Agung Prawidodo.

Mbah Soeryaniadi di akhir prosesi memaparkan bahwa upacara adat tradisi Siraman Barongan sempat berganti tiga kali pelaksanaannya. Pada jaman Belanda dilangsungkan tiap bulan Juli, pada jaman Jepang berganti jadi tiap tanggal satu tahun baru, dan setelah indonesia merdeka prosesi ini berganti pelaksanaannya yaitu tiap tanggal 17 Agustus.

"Tradisi ini akan saya ganti, kok tidak berani," ungkap mbah Soeryaniadi. " Dulu pada pagi 17 Agustus tahun 1982 pernah dihapus tidak siraman, mendadak terjadi goro goro yang menimpa keluarga Pak Camat. Pada waktu itu mereka terkena sakit mendadak. Melihat kejadian itu, akhirnya saya memerintahkan pada malam itu juga diadakan siraman barongan di situs mbah Bodo."

[caption id="attachment_320035" align="aligncenter" width="300" caption="penulis Tulungagung Bunda Zakyzahratuga narsis bareng mbah Soeryaniadi, Kabid Kebudayaan Tulungagung, dan Siwi Sang di depan situs Mbah Bodo"]

1408443425856759303
1408443425856759303
[/caption]

Mbah Soeryaniadi berharap upacara Siraman Barongan tidak punah karena merupakan adat tradisi masyarakat. "Kalau sudah mengatakan agama, sudah lain lagi. Ini adat tradisi masyarakat, sudah turun maturun, tidak dapat diganti, tidak dapat dilah lih," terang sosok yang juga menjadi pemimpin seni jaranan Surya Saputra itu.

Prosesi Siraman Barongan berlanjut dengan arak arakan yang diikuti semua grup seni tradisi Argo Wilis yang sebelumnya menyerbu situs sejarah Mbah Bodo desa Sendang. Mereka berjalan menuju panggung kehormatan yang ditempati camat Sendang, muspika, dan para kepala desa. Setelah menampilkan atraksi beberapa babak di depan panggung, secara bergiliran mereka melanjutkan perjalanan menuju arah pasar Sendang dan berakhir di kecamatan sampai akhirnya mereka pulang ke tempat masing masing. Sudah barang tentu sepanjang perjalanan mereka para pemain seni Jaranan atau Barongan, para pemain Reyog Kendang Tulungagung, menampilkan atraksi meliuk menari diiringi lengking selompret, tetabuhan kendang kenong, gong, dan lainnya, sementara ribuan penonton menjubeli sepanjang perjalanan yang menjadi jalur pulang seluruh peserta upacara adat tradisi Siraman Barongan.

[caption id="attachment_320036" align="aligncenter" width="300" caption="mbah Soeryaniadi [baju hitam"] mengawasi pemain jaranan yang tiba dan menari kesurupan di depan panggung kehormatan."]

140844362433591375
140844362433591375
[/caption]

[caption id="attachment_320040" align="aligncenter" width="300" caption="beberapa barongan yang kesurupan tanpa dinyana menggemparkan panggung dan baru mau turun setelah dikasih makan beberapa uang kertas pak Camat Sendang"]

1408444133569306676
1408444133569306676
[/caption]

[caption id="attachment_320041" align="aligncenter" width="300" caption="reyog Kendang Tulungagung meninggalkan panggung"]

1408444276519117242
1408444276519117242
[/caption]

14084444301310535784
14084444301310535784

14084446791592274482
14084446791592274482

[caption id="attachment_320045" align="aligncenter" width="300" caption="Agung Prawidodo Kabid Kebudayaan Tulungagung"]

1408444778659380166
1408444778659380166
[/caption]

1408444879284687767
1408444879284687767

[caption id="attachment_320047" align="aligncenter" width="300" caption="Minggiiir! Reyog Kendang Tulungagung mau lewat! Dung dung tak! Dung dung dung tak!"]

1408444997347068276
1408444997347068276
[/caption]

Mereka! Eh, MERDEKA!

Dirgahayu Republik Indonesia!

___

SIWI SANG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun