[caption id="attachment_324352" align="aligncenter" width="433" caption="Bergulat Melawan Gelombang"]
Sore di pantai Pangumbahan, saya melihat puluhan tukik yang antusias menyapa gelombang. Di antara kaki manusia serakah yang bergerak seenaknya tanpa kuatir akan menginjak tukik, makhluk kecil itu tetap mengayuh empat kaki rapuhnya menuju samudra. Sedikit sekali tukik yang bertahan hingga menjadi penyu dewasa. Mereka rentan menjadi santapan ikan atau hewan besar lainnya di lautan. Dengan risiko itu, tak seekor pun dari kawanan tukik itu yang kembali ke pantai. Mungkin mereka lebih memilih petualangan di laut lepas dibanding terpenjara dalam ember hitam.
[caption id="attachment_324353" align="aligncenter" width="433" caption="Seember tukik siap menunggang ombak"]
[caption id="attachment_324354" align="aligncenter" width="433" caption="Dibebaskan di pinggir pantai"]
[caption id="attachment_324356" align="aligncenter" width="433" caption="Sekumpulan pelancong tertawa girang melihat tukik-tukik yang merayap menuju samudra"]
[caption id="attachment_324357" align="aligncenter" width="433" caption="Si kecil yang rapuh namun pemberani"]
Mata saya berkaca-kaca memandang kepergian tukik-tukik itu. Mungkin saya harus meniru mereka, berani dihempas kerasnya gelombang dan selalu mencari petualangan baru. Saya jadi berpikir, apa seekor tukik bisa mengenali induknya yang menghasilkan ribuan telur? Dan apakah sebaliknya? Ah, saya jadi kangen ibu. Betapa beruntung spesies Homo sapiens yang bisa menelepon induknya kapan pun mereka mau.
[caption id="attachment_324358" align="aligncenter" width="434" caption="Tempat penetasan telur penyu"]
[caption id="attachment_324359" align="aligncenter" width="433" caption="Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan yang diresmikan pada 2009"]
Pantai Nelayan
[caption id="attachment_324361" align="aligncenter" width="433" caption="Langit pagi di pantai pelelangan ikan"]
[caption id="attachment_324362" align="aligncenter" width="355" caption="Dua bocah bermain pasir di pantai usai subuh"]
[caption id="attachment_324363" align="aligncenter" width="433" caption="Dua kapal bersandar"]
Pantai nelayan di Ujung Genteng tak terlalu istimewa. Aroma amis menguar dan sampah bertebaran. Walau begitu, dua bocah asyik bermain pasir hitam di pantai ini. Tukang ojek yang mengantar saya berkata, di pantai ini pernah terjadi perburuan sindikat narkotika internasional. Polisi membekuk bandar narkotika asal Iran dan Somalia pada awal 2012 lalu. Posisi pantai yang sepi dan minim penjagaan aparat menjadikannya tempat singgah para bandar dari kapal besar di perairan Samudra Hindia.
Pantai Pencari Wangsit
Lantaran tak terlalu antusias dengan pantai nelayan, bapak ojek membawa kami menuju pantai sepi lainnya tempat melihat matahari terbit. Di perjalanan menembus hutan kecil menuju pantai, kami mendapati satu bangunan terbengkalai lengkap dengan menara. Seorang gelandangan tidur di dalamnya.
[caption id="attachment_324365" align="aligncenter" width="433" caption="Bangunan tak terurus dengan menara, ada seorang tunawisma tidur di dalamnya"]