Mohon tunggu...
Sitta Taqwim
Sitta Taqwim Mohon Tunggu... profesional -

Pejalan, pemintal kata, tukang potret, pecinta Bangunan kuno, gunung dan matahari.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ujung Genteng: Saat Langit Merayakan Sepi

24 Februari 2014   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_324342" align="aligncenter" width="433" caption="Siput laut"]

13932239012033311519
13932239012033311519
[/caption]

[caption id="attachment_324343" align="aligncenter" width="433" caption="Cacing laut yang bikin saya bergidik"]

1393223947254884724
1393223947254884724
[/caption]

Senja di Pantai Ujung Genteng

Saya suka sekali semarak langit di Ujung Genteng. Mungkin bila kita berjalan-jalan di alam, pemandangan yang paling jamak ditemui adalah langit. Warna yang tak bisa kita lihat di kota, di balik gedung-gedung yang mencakari langit. Matahari di pantai memang tak bisa tidak harus diabadikan.

[caption id="attachment_324344" align="aligncenter" width="349" caption="Si bola emas"]

1393223992762874493
1393223992762874493
[/caption]

[caption id="attachment_324345" align="aligncenter" width="434" caption="Burung-burung senja"]

1393224034291380807
1393224034291380807
[/caption]

Seorang perempuan tua pernah bilang, “Opo apike moto srengenge angslep?” (Apa bagusnya memotret matahari terbenam?). Saya tertawa sendiri mengingat komentar itu sembari menangkap pendar jingga si bola yang hendak tidur. Kadang saya juga merasa memotret matahari itu sungguh klise. Toh, tetap saja saya senang kalau ada si matahari. Fotografi adalah cahaya. Di bulan Februari kelabu ini, saya dan kamera saya yang bosan hibernasi merindukan matahari. Menulis cerita ini membuat kaki saya semakin gatal ingin berburu senja lagi.

[caption id="attachment_324346" align="aligncenter" width="361" caption="Awan Dewa di Cibuaya"]

13932240861292328479
13932240861292328479
[/caption]

[caption id="attachment_324347" align="aligncenter" width="433" caption="Dayang-dayang Ratu Laut Selatan"]

1393224113365340572
1393224113365340572
[/caption]

[caption id="attachment_324348" align="aligncenter" width="433" caption="Menari bersama ombak"]

1393224145845951572
1393224145845951572
[/caption]

Kamera saya menjaring senja di suatu perjalanan menuju Pantai Pangumbahan, tempat penangkaran penyu. Pemilik penginapan berkata untuk menuju ke sana cukup jauh dan sebaiknya menggunakan ojek. Saya ketua geng yang keras hati. Kaki saya bukan untuk dimanjakan di perjalanan ini. Ada yang setuju berjalan menuju Pangumbahan, ada juga yang terlalu sayang pada sepasang kakinya. Akhirnya disepakati kami berlima berjalan kaki menempuh rute lima kilometer. Kalau dihitung dengan perjalanan pulang, total kami berjalan 10 kilometer sore itu. :D

[caption id="attachment_324349" align="aligncenter" width="433" caption="Evi si pecinta senja"]

13932241931654286254
13932241931654286254
[/caption]

[caption id="attachment_324350" align="aligncenter" width="361" caption="Dua bocah waktu senja"]

1393224228624893387
1393224228624893387
[/caption]

Sepuluh kilometer yang tak terasa. Apalagi bila ditemani langit beraneka warna sepanjang langkah kaki kami, juga senda gurau lima sekawan yang lelah tapi bahagia. Perjalanan pulang menuju pondok penginapan diiringi pendar senter. Ya, setiba kami di pondok, si bola emas lenyap berganti bulan perak. Saya sudah terlalu letih memotret, ditambah perut keroncongan minta diisi.



Pangumbahan, Penangkaran Penyu

Kami tak beruntung karena tak bisa melihat induk penyu bertelur di malam hari. Tak ada yang tahu kapan Mama Penyu hendak singgah ke Pangumbahan untuk bertelur. Semalaman menanti kabar dari penjaga Pangumbahan, tak ada pesan yang masuk ke ponsel saya.

Saya selalu mengagumi penyu dan kura-kura. Lepas dari kelambanan dan cangkang keras mereka, saya takjub pada usia mereka yang panjang. Saya suka tokoh Winifred, kura-kura betina dalam film Animals United. Kura-kura tua yang lahir di Kepulauan Galapagos itu bilang, “Manusia seperti ular yang memakan ekornya untuk bertahan hidup.”

[caption id="attachment_324351" align="aligncenter" width="433" caption="Menuju rumah baru"]

1393224287611485121
1393224287611485121
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun